LOMPAT PAGAR
Oleh : Jerry Kwok Liauw
“Lompat pagar” adalah istilah kiasan bagi orang / kelompok yang suka mengurusi atau mengatur2 agama lain, padahal orang tersebut bukan merupakan pemeluk agama yang bersangkutan.
Jadi, pelaku “lompat pagar” ini mengurusi atau mengatur2 hal yang bukan domainnya. Ia sama sekali tidak punya hak dan wewenang untuk mengatur2 agama atau umat beragama tersebut, karena ia sendiri adalah pemeluk agama lain, bukan pemeluk agama tersebut.
Oleh karena itu, orang2 seperti ini dikiaskan dengan kata “lompat pagar”, karena ia seperti menerobos batas2 / sekat antar agama. Sesuatu yang menjadi urusan pemeluk agama lain, eh malah dia urusin.
Terkait dengan berita penangkapan 3 ustadz kemaren, banyak sekali pemain lompat pagar bermunculan, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Diantara para penyeru pembubaran MUI (yang kemarin bahkan sampai menjadi trending topic nasional), banyak diantaranya pelakunya adalah non-muslim.
Padahal, apa sih urusannya seorang non-muslim menuntut pembubaran MUI ? Padahal MUI kan lembaga yang hanya mempunyai otoritas ke umat Islam, fatwanya hanya mengikat ke umat Islam, lantas kenapa ada non-muslim yang ikut2an menyuarakan pembubaran MUI ?
Mau pake alasan “demi NKRI” lah, “demi pancasila” lah, “demi toleransi” lah, bla bla bla, tetep aja non-muslim gak berhak ikut campur dalam ngurusin urusan umat Islam. Perbuatan lompat pagar semacam itu adalah perbuatan SARA !
Sebaliknya, pernahkah kita lihat ada seorang muslim atau kelompok Islam menyuarakan pembubaran lembaga yang otoritas keagamaan milik agama lain ? Pernahkah kita jumpai ada muslim atau kelompok Islam yang menyerukan pembubaran PGI, KWI, PHDI, atau Walubi ?
Lucunya lagi, para pelaku lompat pagar ini juga kalo berkoar2 soal toleransi & kebhinekaan paling kenceng. Mereka suka menggunakan kata “toleransi” & “kebhinekaan” sebagai tameng. Gak sadarkah mereka kalo perbuatan lompat pagar itu intoleran & anti-kebhinekaan ? Soalnya itu sama aja ngelarang2 umat beragama lain njalanin ajaran agamanya.
Contoh lain perbuatan lompat pagar yang sering kita jumpai :
- Ada non-muslim sok ngelarang2 wanita muslimah buat pake hijab. Padahal berhijab adalah kewajiban bagi seorang muslimah. Lantas apa urusannya si non-muslim ini ngelarang2 hijab ?
- Ada kepala daerah mengeluarkan kebijakan wajib sholat berjamaah untuk ASN yang beragama Islam. Eh, ternyata ada non-muslim yang nyinyir, ngolok2, bahkan sampe menuding si kepala daerah ini terpapar radikalisme. Padahal apa urusannya si non-muslim ini ? Orang kebijakan wajib sholat berjamaah cuman untuk ASN yg beragama Islam. Ngapain dia yang gak beragama Islam sewot ?
- Kasus dana zakat yang dulu pernah viral. Seorang non-muslim protes ke lembaga zakat daerah tempat dia tinggal, karena dia tidak mendapatkan dana zakat. Padahal menurut hukum Islam, yang berhak menerima zakat hanyalah yang beragama Islam. Terus apa urusannya si non-muslim ini protes ?
- Sebuah perguruan tinggi menyediakan beasiswa Tahfidzul Qur’an. Eh ada non-muslim nyinyir, nyolot, bahkan jelek2in perguruan tinggi yang bersangkutan. Ia juga nuduh perguruan tinggi tersebut terpapar radikalisme. Padahal itu beasiswa hanya untuk mahasiswa yang mempunyai prestasi dalam bidang menghafal Al-Qur’an, yang notabene agamanya pasti Islam. Trus apa urusannya itu non-muslim protes ? Toh, beasiswa2 lain yang bisa buat mahasiswa non-muslim juga masih banyak.
- Non-muslim yang nyinyir & mengolok2 hari idul adha, menuduhnya sebagai hari pemb4n741an hewan terbesar di dunia. Terus dia menyerukan umat Islam biar gak berkurban. Apa haknya dia ngelarang2 umat Islam buat berkurban ? Padahal sama industri pemotongan hewan buat makanan cepat saji, aja dia gak nyinyir, ngolok2, apalgi sampai ngelarang2 begini.
- Non-muslim yang mengolok2, menuding radikal, anti-pancasila, dan anti-NKRI, kepada umat Islam yang ingin menjalankan syariat agamanya secara kaffah. Padahal, apa urusannya si non-muslim itu ? Syariat Islam kan aturan agama Islam, ngapain dia sok ngelarang2 umat Islam buat taat ke syariat ? Padahal berislam aja dia kagak.
Sumber: Medsos