Sudah tahu dong berita kalau kebanyakan anak muda banyak yang terjerat pinjol. Yuk kita diskusi tipis-tipis masalah ini.
Kendati pinjol telah mengubah akses masyarakat Indonesia terhadap kredit, tren ini tidak selalu sejalan dengan pertumbuhan literasi keuangan di kalangan penduduknya, hal ini terutama di kalangan dewasa muda.
Saat ini, populasi dewasa muda Indonesia sering kali terjebak oleh kecenderungan impulsif atau keinginan akan kepuasan instan, mendorong mereka untuk mengejar pinjaman yang cepat dan mudah tanpa mempertimbangkan risiko yang terkait. Ada banyak faktor yang menyebabkan muda-mudi Indonesia terjebak dalam utang, beberapa di antaranya karena untuk memenuhi gaya hidup semata, seperti membeli pakaian, gawai, travelling, dan konser.
Solusinya gimana terus?
Ya mau gamau kalangan muda harus berusaha qana’ah, karena sifat mulia ini mesti dimiliki oleh setiap orang agar tidak terjerumus dalam arus tren gaya hidup konsumtif. Suri teladan kita; Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rezeki yang cukup, dan qana’ah (merasa cukup) dengan rezeki tersebut.” (HR. Ibnu Majah no. 4138, sahih).
Selain qana’ah, ada beberapa cara untuk menghindari jeratan pinjol, beberapa di antaranya:
- Buatlah perencanaan keuangan yang baik.
- Tingkatkan literasi keuangan.
- Atur sesuai skala prioritas.
- Jangan FOMO!
- Sebisa mungkin hindari utang. Kalau sudah darurat, pinjamlah hanya untuk kebutuhan yang produktif bukan konsumtif.
Sebenarnya masih panjang diskusi masalah utang ini, teman-teman bisa gali faedah berharga lainnya dari buku Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal berjudul “Teman Belum Bayar Utang”
Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal MSc
