Dalam memimpin Anies dikenal egaliter, bersahabat, terbuka dan cerdas. Dia selalu mengedepankan prinsip gerakan, kolaborasi, kreasi, inovasi dan berbasis ilmu dalam posisi kepemimpinan di manapun. Saat bertugas di pemerintahan, maka dia bertindak dan mengambil keputusan dengan merujuk pada aspek keadilan sosial, kepentingan umum, akal sehat, dan peraturan/hukum.
Tak hanya cemerlang dalam menyampaikan narasi dan gagasannya, sejak muda Anies telah membuat karya-karya yang besar dan berdampak panjang. Misalnya saat nama Anies dikenal dan mendapat perhatian luas ketika mendirikan gerakan Indonesia Mengajar (2009), gerakan Indonesia Menyala (2011) dan Kelas Inspirasi (2013).
Kepedulian dan kiprahnya di bidang pendidikan inilah yang kemudian membuat Anies dipercaya melanjutkan perjuangannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2014. Anies kemudian diminta maju mengikuti pemilihan Gubernur DKI Jakarta sebagai calon independent. Tahun 2017 Anies memenangkan pilkada dan resmi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta bersama wakilnya Sandiaga Uno dan kemudian Ahmad Riza Patria.
Selama bertugas sebagai Gubernur DKI Jakarta (20017-2022) Anies juga dipilih oleh para gubenur se-Indonesia untuk menjadi Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi se-Indonesia dan dipilih oleh C-40 (Asosiasi kota besar dunia) menjadi Wakil Ketua Dewan Pengarah C-40 bersama Wali Kota London dan Gubernur Tokyo. Sebelum bertugas sebagai Gubernur, Anies bertugas sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2014-2016). Dia adalah rektor universitas termuda di Indonesia, saat usia 37 tahun, ketika terpilih menjadi rektor di Universitas Paramadina (2007-2014).
Sejak masa muda dan dilanjutkan selama bertugas sebagai rektor, Anies aktif di publik untuk mempromosikan pemerintahan yang bersih, demokratis dan aspiratif. Anies pernah menjadi Ketua Komite Etik KPK (2012) dan Anggota Tim-8 untuk penanganan masalah di KPK (2011). Dia mendirikan dan memimpin Gerakan Indonesia Mengajar (2010) yang merekrut lulusan perguruan tinggi untuk menjadi guru di sekolah, di desa-desa terpencil yang minim infrstruktur.
Peran dan kontribusinya diakui oleh masyarakat luas, Anies menerima lebih dari 20 penghargaan individu bergengsi dari lembaga domestik dan internasional, seperti Golden Idea Award, Nakasone Yasuhiro Award dari Institute for International Policy Studies di Jepang. Dia juga dinobatkan sebagai salah satu dari 100 Intelektual Publik Teratas oleh Majalah Foreign Policy dan salah satu dari 20 Tokoh Masa Depan Dunia oleh Majalah Foresight. Anies juga menjadi salah satu dari 500 Muslim Paling Berpengaruh versi Royal Islamic Strategic Studies Center dan salah satu dari 21 Heroes 2021 dari Transformative Urban Mobility Initiative (TUMI) di Jerman.
Anies meraih gelar Ph.D di bidang Ilmu Politik dari Northern Illinois University dengan disertasi tentang otonomi daerah dan demokrasi, meraih Master dari School of Public Policy di University of Maryland, AS dengan tesis soal kebijakan nilai tukar rupiah dan volatilitas pasar uang. Anies mendapatkan gelar sarjana Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada. Selama masa studinya, ia dianugerahi banyak penghargaan/beasiswa, di antaranya adalah Beasiswa Fullbright, Beasiswa William P. Cole, dan Gerald Maryanov Fellowship. Ketika mengajar di kampus Anies mengajarkan berbagai mata kuliah (MK), di antaranya MK Ekonomi Makro, MK Demokrasi di Asia Tenggara.
Anies dibesarkan dalam keluarga aktivis dan akademisi. Kedua orang tuanya adalah dosen pada universitas terkemuka di Yogyakarta, Indonesia. Kakeknya, A.R. Baswedan, adalah jurnalis dan diplomat Indonesia yang merupakan salah satu bapak pendiri Republik Indonesia dan ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Selama masa mudanya di tahun 1990-an, Anies dipilih oleh sebayanya sebagai ketua dari organisasi mahasiswa dan dikenal luas sebagai pemimpin gerakan mahasiswa pro-demokrasi. Anies menikah dengan Fery Farhati, seorang psikolog dan spesialis parenting education, dan dikaruniai empat orang anak.