Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.
Karena keyakinan merupakan suatu sikap , maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau , keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran.
Kalimat Diatas Adalah Makna Dari Kata Keyakinan . Masalahnya , ketika engkau yakin , sistem syaraf mu akan memunculkan sensasinya.
Saat orang yang engkau percaya memberi informasi bahwa ada yang mencurangi mu . Engkau yakini itu sebagai kebenaran.
Maka , sistem syaraf mu otomatis memicu sensasi rasa sakit . Membuat dada mu terasa sesak . Darah mu mendidih.
Ini bukan soal benar atau tidak adanya orang yang mencurangimu . Engkau belum memasuki dimensi fakta . Engkau masih berada dalam dimensi keyakinan mu.
Ini murni tentang cara kerja pikiran . Tentang bagaimana , saat pikiran engkau berada dalam keyakinan . maka itu menjadi realita dalam dimensi pikiran mu.
Rasa sakit , dada yang terasa sesak , darah yang bergelora , adalah nyata . Engkau terjebak dalam sensasi rasa . Engkau merasa sudah berada dalam realita. Dan bagaimana jika informasi itu sebuah kebohongan … ? .
Kita kerap membaca ada orang yang tampak religius sering menyalahkan orang lain dengan kata-kata kasar untuk menunjukkan dirinyalah yang benar .
Jika orang lain itu tak peduli atau membantah , orang itu marah . Tetapi kemarahannya tak bisa mengubah orang lain . Maka orang itu menghasut orang lain agar ikut marah .
Agar hasutan berhasil , orang itu beretorika tentang perasaan terancam , disudutkan , atau dizalimi dengan harapan dapat simpati .
Lama-lama ia percaya bahwa pihak lain yang berbeda itu mengancam agama yang dia anut . Padahal , orang lain itu hanya tak setuju dengan pendapatnya .
Hidup orang yang mudah merasa terancam oleh apapun yang tidak berkenan di hatinya akan jadi terlalu waspada dan pemarah .
Mereka selalu menengok keluar , sehingga jarang menengok ke dalam diri untuk mwnyadari bahwa sudah begitu lama diri dipermainkan oleh pikiran , prasangka , kebencian , dan muslihat-muslihat nafsu yang sangat sulit dilihat kecuali orang mau selalu muhasabah atau mawas diri .
Jika jumlah diri yang mudah dipermainkan oleh dirinya sendiri begitu banyak , maka lahirlah dusta , fitnah , adu domba dan saling olok yang pada akhirnya bermusuhan .
Sebenarnya , bukankah rasa marah dan benci itu tidak enak ? Bukankah dicaci maki itu tidak enak ? Tetapi mengapa tetap saling kuat-kuatan marah dan benci , jika itu hanya menguatkan nafs amarah dan lawwamah ?
Jadi siapa yang menganiaya hati kita sehingga mudah terluka hanya oleh perbedaan dan provokasi ? Kitalah yang menganiaya diri sendiri karena asyik bermain dengan nafs rendah.
Kita mencaci maki dan membenci hari ini , dan barangkali hidup kita tetap baik-baik saja . Namun benih telah ditanam.
Boleh jadi kita bukan yang memetik karena kita keburu mati , anak cucu kita yang akan merasakan buah dari kebencian yang kita tanam hari ini.
Apakah kita tega jika anak anak kita kelak saling bunuh karena hasut dan kebencian yang kita tumbuh-suburkan hari ini ?
Subhanaka Inni Kuntu Minaddzalimin.
Mahasuci Engkau ya Allah . Sesungguhnya aku adalah orang dzalim , mendzalimi orang lain , diri sendiri , dan bahkan mendzalimi keluarga serta anak cucu kami melalui contoh tingkah laku buruk kami.
Wa Allahu a’lam.
Sajak Islam/ Moch Anshary