Setiap tahapan hidup selalu menyediakan kesadaran berdosa.
dan , adakah orang yang dirundung rasa berdosa sebagai orang yang kenyang di tengah kehidupan yang lapar ?.
Adalah , kemasyhùran sering menghabiskan waktu menakuti image-nya sendiri . dan menjadi diri sendiri ketika itu menjadi sesuatu yang saangat sulit.
Kita telah melalui banyak masalah , dan akan terus menerus menghadapi masalah walaupun kita tak mencari-cari masalah , hingga akhir hayat tatkala maut menjemput kita.
Ketika saat kita sadar usia sudah tak lagi muda , kadang kita mulai merenung , sekian lama kita sudah menjalani hidup yang ada di ingatan terasa hanya sebentar , apa sebenarnya yang kita lakukan , yang kita kerjakan ?.
Puluhan tahun kita melakukan hal-hal dasar yang sebenarnya tak banyak berbeda , hanya berkutat itu-itu saja , tidur , bangun tidur lalu makan , beraktivitas [ sekolah , kerja , nge-nèt ] , ibadah , menyelesaikan masalah , ngaso , tidur , bangun dan terus begitu capek mikirnyè.
Variasi kegiatan dasar tersebut hanya sekunder . Misalnya , kita mungkin dari waktu ke waktu mencari variasi makan , pilih ini-itu , ingin ini-itu , tapi hakikatnya sama , makan.
Variasi keinginan ini sering merepotkan tapi tak dirasakan . hanya untuk menuruti keinginan makan sate ada yang rela menempuh perjalanan puluhan kilometer hanya buat beli sate kelinci , misalnya.
Tapi ya senang-senang aja walau kudu memboroskan energi , waktu dan biaya , butuh puluhan menit perjalanan , biaya bensin , tenaga untuk menempuh perjalanan pulang dan pergi.
Setelah makan kita puas yaitulah kita , walau sebenarnya mau makan di mana saja bisa , tujuan aslinya adalah agar tak lapar .
Keinginan membuat hidup sedikit lebih rumit dan repot . Itu tak masalah saat kita punya sumber pendapatan atau daya keuangan , waktu , dan , yang terpenting kondisi tubuh menunjang.
Saat usia sudah udzur , akan ada banyak hal yang tak lagi bisa dilakukan seperti saat usia kita muda . Lalu satu per satu keinginan pun dilepas dengan sukarela ataupun terpaksa kalau pun tak mau ,
Nanti hidup yang akan memaksa untuk melepaskan keinginan kita , dengan diberi kondisi suka alergi , tubuh mudah masuk angin dan lelah jika pergi sedikit jauh , dan bisa jadi akan memburuk.
Kalau dengan beragamnya keinginan itu susut dan hilang maka , baik dengan sukarela atau dipaksa oleh keadaan , biasanya orang akan mulai mencari makna hidup , apa sebenarnya yang paling diinginkan diri kita ?
Saat sadar bahwa keinginan di dunia itu tak bisa dicapai semua , dan bahwa keinginan itu pun akhirnya surut , apa yang tersisa dari keinginan kita yang mulai memasuki fase menunggu akan berakhirnya kehidupan ?
Sebenarnya , hidup itu akan jadi relatif lebih anteng dan sederhana saat keinginan kita tak banyak dan hanya fokus pada apa keinginan yang sebenarnya paling penting dan bermanfaat bagi kehidupan kedua di akhirat kelak . Dan sebenarnya , keinginan jenis ini lebih tepat disebut suatu kebutuhan yang tak terhindarkan untuk jasad rukkhani kita.
Wa Allahu a’lam.
Sajak Islam/ Moch Anshary