Setiap Cobaan Datang Sebuah Proses Pendewasaan Diri |

Hidayahku Menjadi Seorang Mualaf (Nafeesa)

Aku melangkah pasti, saat Bu guru agama Islam memanggil namaku untuk melafalkan surat Al-Fatihah ke depan kelas. Saat itu usiaku belum genap 7 tahun. Beberapa teman non muslim yang tidak dipanggil menatapku heran.

Setelah melafalkan surat tersebut, Bu guru menegurku “Bacanya harus lebih baik lagi”. Dan aku mengiyakan dengan anggukan.

Pada jam istirahat, Bu guru Agama memanggilku masuk ke ruangan.

“Yenni, maafin Ibu ya … Ibu ngga tau kalau Yenni non muslim. Kenapa saat dipanggil maju, Yenni tidak menolak?”

“Karena Yenni sudah hafal surat itu, Bu.” Jawabanku membuat Bu guru menitikkan air mata.

Aku kerap mendengarkan adzan dari masjid dekat rumah saat masih menetap di daerah mayoritas muslim. Mendengarnya membuatku nyaman. Tak jarang diam-diam aku menjadikan sarung sebagai mukenah dan mengikuti gerakan sholat seperti di televisi ketika adzan Magrib mengumandang.

Di setiap perjalanan, ketika melewati bangunan-bangunan masjid yang indah, pandanganku dibuat kagum hingga memandang rumah Allah cukup lama.

Setelahnya, aku kembali membuat seorang guru meneteskan air mata, saat melihatku berdiri di atas panggung mengikuti lomba saritilawah SMP dengan meminjam baju muslim seorang teman. Kata temanku, “Kau lebih mirip melayu, Yen.”

Setelah sekian lama berlalu, aku mulai menjalani kehidupan yang penuh warna. Menikah dan dikaruniai sepasang buah hati. Juga menjadi seorang penggiat literasi dan penulis di sela rutinitas sebagai ibu rumah tangga. Hingga akhirnya aku memilih menjadi seorang single parent karena alasan yang cukup kusimpan menjadi kenangan.

Sampai hari itu tiba …

Aku terbangun setiap kali jam dinding kamar menunjukkan waktu berkisar antara pukul 04.15 WIB hingga 04.30 WIB, diikuti samar-samar suara adzan berkumandang. Berhari-hari aku mengalami hal serupa yang membuat hatiku berdebar dan mataku basah.

Tanpa sadar, aku mulai terpesona setiap kali melihat gambar busana muslim dan hijab. Perasaanku semakin tak menentu, keinginanku menjadi muslimah kian menggebu.

“Sudah sekian lama, aku tak lagi makan makanan haram, tak juga beribadah seperti kalian. Aku ingin punya agama yang kuyakini di usia yang kian menua.” Akhirnya, aku mengutarakan keinginanku kepada orang tua. Mereka hanya diam, tak melarang, tak juga mengiyakan, tapi tak membuatku patah arang.

“Mama ingin masuk Islam, karena Mama percaya Allah. Nanti kalau kalian sudah besar dan memahami, kalian bebas memilih agama yang kalian yakini,” ucapku pada anak-anak.

Putraku bertanya “Kalau sudah masuk Islam, Mama ngga akan meninggalkan kami, ‘kan?”

“Ngga, kita akan selalu bersama.”

Aku segera menemui Ustadz.

“Bagusnya aku masuk Islam dulu atau belajar tentang Islam dulu?” Aku mengutarakan keinginan memeluk agama Islam pada beliau.

“Kalau dapat hidayah, jangan biarkan hidayah itu menghilang, masuklah Islam terlebih dahulu dan kau dapat mempelajari syariat Islam perlahan.”

“Tapi aku belum bisa sholat, belum bisa baca do’a, dan banyak hal …”

“Kau hanya perlu belajar. Dan ingat, Islam itu tidak mempersulit umatnya.” Penjelasan beliau membuatku semakin memantapkan hati.

Beberapa jam sebelum berikrar mengucap dua kalimat syahadat, aku berdebar-debar tak karuan hingga terlelap di pembaringan untuk sekian menit. Dalam waktu yang singkat itu, aku merasakan kelopak mata kananku yang tertutup dan gelap muncul sebuah bulatan mirip logam, tepatnya seperti gerhana bulan. Bulatan itu semakin jelas dan menampakkan tulisan Allah di tengah lingkaran. Aku terbangun, segera mengabari Ustadz tentang apa yang aku alami.

“Alhamdulillah, Allah sudah memberikan petunjuk padamu. Jangan ragu dan bimbang lagi. Bismillah, Islam agama yang diridhoi Allah.”

Kemudian, Ustadz memberikan nama ‘Nafeesa’ untukku. “Yenni Nafeesa berarti kerinduan untuk mendapatkan kedudukan mulia,” jelasnya.

“Apakah nama itu pantas buatku?”

“Nama adalah do’a dan harapan kita untuk sesuatu yang diridhoi Allah. Mulia bukan karena kedudukan terhormat, mulia bukan karena kekayaan, tapi mulia ingin disayang Allah dengan menjalankan agama yang diridhoi-Nya.”

Sebelum berangkat, aku mencium tangan kedua orang tua sebagai penghormatan dan mohon do’a restu. Aku tau, meski diam, mereka tak lagi menyangkal bahwa sedari kecil aku berbeda pilihan dengan saudara-saudaraku.

Kamis (malam Jumat), 2 September 2021, diiringi guyuran hujan, sehabis Magrib aku mengucapkan dua kalimat syahadat yang membuatku sah menjadi seorang muslimah, tanpa paksaan atau tekanan dari siapapun. Air mata kian mengalir, sebuah kelegaan muncul di hati.

Malam itu, seorang teman baik berkata padaku “Nah, dulu kamu selalu menyimpan dan mengatasi masalahmu seorang diri, tanpa mau membagikannya pada siapapun. Itu adalah sebuah bentuk kesombongan. Sekarang kamu tak sendiri, kamu punya Allah, tempatmu mengadu segala risau hati. Jadi, bagikanlah masalahmu kepada Allah, karena Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya.”

Aku menangis bahagia dan menjawab “Iya, sekarang aku punya Allah … aku punya Allah ….”

Dengan tetesan air mata, aku menuliskannya pada dunia.

 

-Yenni Nafeesa- Yen Yen Pau

Mualaf Indonesia

Share Article:

Leave a Reply


Notice: Undefined property: stdClass::$data in /home/fakt6635/public_html/wp-content/plugins/royal-elementor-addons/modules/instagram-feed/widgets/wpr-instagram-feed.php on line 4894

Warning: Invalid argument supplied for foreach() in /home/fakt6635/public_html/wp-content/plugins/royal-elementor-addons/modules/instagram-feed/widgets/wpr-instagram-feed.php on line 5567

Berita Terbaru

  • All Post
  • Autotekno
  • Beauty
  • Berita
  • Dunia
  • Ekonomi & Bisnis
  • Foto
  • Gaya Hidup
  • ILD
  • Konsultasi
  • Lifestyle
  • Nasional
  • Olahraga
  • Opini
  • Photography
  • Redaksi
  • Sosok
  • Travel
  • Uncatagories
  • Warna
    •   Back
    • Politik
    • Hukum
    • Daerah
    • Pendidikan
    • Wawancara
    •   Back
    • Peluang Usaha
    • Entrepreneur
    •   Back
    • Fashion
    • Kesehatan
    • Travelling & Kuliner
    •   Back
    • Motivasi
    • Inspirasi
    • Training & Seminar
    • Info Warga
    • Komunitas
Kenapa Rokok Diharamkan?

1.  Karena Allah Ta’ala berfirman: {وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ} [الأعراف: 157] Artinya: “Menghalalkan…

FAKTAREVIEW

Mengulas Fakta Dibalik Berita

Join the family!

Sign up for a Newsletter.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Edit Template

faktareview

Mengulas Fakta Dibalik Berita

Semoga konten-konten faktareview.com yag hadirkan bisa dinikmati, bisa memenuhi kebutuhan informasi serta bisa ikut membangun kesadaran masyarakat  menuju masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.

Terimakasih Telah Berkunjung