Bagi sebagian dari mereka mungkin aku hanya selembar kain putih tak berharga.
Kuakui, hargaku tak seberapa dibandingkan pakaian-pakaian mewahnya.
Tapi mereka lupa.
Akulah yang akan menutupi aurat ketika tubuh mereka tak lagi berdaya.
Bagi sebagian mereka mungkin aku hanya sekian meter kain menakutkan yang identik dengan kematian.
Tak jarang, banyak yang bergidik ketika melihatku.
Tapi tak mengapa.
Mereka hanya sedang lupa bahwa akulah pelindung pertama dari cacing dan mahluk tanah lain yang akan memakan tubuh mati mereka.
Iya…
Bagi sebagian mereka aku tak pernah akan dilirik untuk dijadikan muhasabah agar jadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.
Aku tahu, mereka hanya tak sadar bahwa akulah sejatinya penasihat terbaik dari yang terbaik.
Tahukah engkau mengapa?
Sebab tak ada yang mampu menghalangi kita ajal sudah berada tepat didepan wajahmu.
Tak peduli seberapa pun cantik dan tampanmu
tak peduli berapa banyak harta kekayaanmu,
tak peduli sepopuler apa dirimu, tak peduli betapa tingginya pangkatmu, tak peduli siapapun kamu.
Akulah yang akan menjadi pakaian terakhirmu,
bukan pakaian-pakaian mahal hasil kreasi desainer ternama.
Oh iya, jangan lupa.
Kalau ingin membeli baju usahakan yang harganya jangan jauh-jauh dari hargaku.
Ingatlah…
Bersamakulah kamu akan menghampiri azab atau nikmat kubur.
Jadi, tolong jangan lupakan aku, duhai sahabat sejatiku.
Jadikan aku dan lubang kubur sebagai bahan renungan.
Sebab, cepat atau lambat aku akan membalut tubuhmu dengan rapat.
Kain Kafan
- Kafan itu tak bersaku.
Kita tak bisa masukkan uang serupiahpun untuk perbekalan.
Karena ketika meninggal nanti, Allah tak melihat berapa banyak harta kita.
Melainkan hanya melihat apa yang pernah kita beri.
- Kafan itu tak berwarna warni.
Tak dapat kita fashion-kan ketika kelak tubuh kita terbujur kaku tanpa ada daya dan upaya.
Karena ketika meninggal nanti, Allah tak menilai seberapa indah dan mahal pakaian duniawi kita, yang kita kenakan tetap kain putih, murah dan dijahit dengan tangan.
- Kafan itu tak memiliki tutorial.
Tak butuh kreatifitas ketika dikenakan.
Karena ketika meninggal nanti, Allah tak menilai keren atau tidak seorang manusia ketika memakainya.
Pada akhirnya, pakaian taqwa manusia bukanlah karya designer ternama, tapi secarik kain putih polos tanpa warna.
- Kain kafan itu putih warnanya.
Seperti harapan kita semua, semoga telah putih hatinya dari khilaf dan dosa..
Agar kelak pantas untuk masuk ke dalam Jannah Allah Azza Wa Jalla.
- Kain kafan itu sama bagi semua manusia.
Sama harganya.
Sama warnanya.
Sama cara pemakaiannya.
Tak bisa kita selipkan apa-apa di dalamnya.
Menutupi sekujur tubuh dari kaki hingga kepala.
Lalu….
- Masih adakah rasa angkuh dalam diri kita? Menganggap kita lebih mulia, baik dan benar daripada orang lain..?
Lalu sudah sampai mana persiapan kita menyambut sebuah kepastian itu ?
رَبَّنَا ظَلَمْنَاۤ اَنْفُسَنَا وَاِ نْ لَّمْ تَغْفِرْ لَـنَا وَتَرْحَمْنَا لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
“Ya Allah kami, telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan beri rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-A’raf [7] : 23).
واللهاعلم
Sajak Islam/Syamsir Banchin