Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh…
sahabat pecinta rosulullah yang dimuliakan Allah
Kisah Adzan Terakhir Bilal bin Rabbah dan kerinduannya Kepada Rasulullah SAW. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan umat islam merasa sangat sedih atas kehilangan sosok sang Rasul. Kemudian tonggak kepemimpiman umat islam digantikan oleh Sahabat Abu bakar As-Shidiq, beliau lantas diangkat menjadi khalifah pertama umat islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Disuatu hari, Sahabat Bilal mendatangi khalifah Abu bakar dan berkata
“ Wahai khalifah Rasulullah, Aku pernah mendengar Rasul bersabda, Amal yang paling utama teruntuk orang-orang beriman yaitu berjihad dijalan Allah.”
Khalifah Abu bakar lantas bertanya kepada bilal
“ Apa maksudmu hai bilal?”
Bilal menjawab “Saya ingin berjuang dijalan Allah hingga Aku mati?”
Khalifah berkata “Siapa lagi nanti yang akan jadi muadzin bagi kami?”
Dengan kondisi berlinang air mata , bilal menjawab “Aku takkan lagi menjadi muadzin bagi orang-orang setelah Rasulullah”
Khalifah Abu bakar lantas terus membujuk bilal untuk tetap mengumandangkan adzan dan berkata
“ Tidak, biarlah tinggal disini wahai Bilal, dan menjadi muadzin kami”.
Bilal benar-benar merasa sedih setelah ditinggal wafat Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya memang Bilal selalu menjadi muadzin Rasulullah, namun setelah wafatnya Rasul, dirinya merasa tidak mampu lagi untuk mengumandangkan adzan. Matanya akan selalu mencucurkan air mata dikalau dirinya adzan sampai lafal “Asyhadu anna Muhammadaar Rasulullah”.
Disaat itulah dirinya tak sanggup melanjutkan lantunan adzan. Saat kalimat itu terucap bilal selalu merasa memory kenangan lama Bersama Rasulullah selalu teringat. Sang khalifah abu bakar selalu membujuk sahabat bilal agar mau mengumandangkan adzan lagi.
Tetapi sahabat bilal masih tetap menolak dan berkata
“Wahai Abu Bakar, disaat waktu sholat telah tiba disetiap harinya, diriku mendatangi Rasulullah dan aku berkata kepada Rasulullah ‘Wahai Rasul, waktu sholat’ atau rasul yang bergantian datang menuju rumahku dan berkata ‘Wahai bilal, Waktu sholat’ dan kamipun lalu bersamaan pergi kemasjid, lalu diriku naik keatas Menara, dan sebelum diriku melantunkan adzan, diriku pandang terlebih dahulu wajah Rasulullah SAW.
Dan hal itu kulakukan sehari lima kali wahai abu bakar, dan hal itupun berulang setiap hari. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi Rasulullah, lalu bagaimana bisa diriku mampu untuk melantunkan suara adzan tanpa adanya Rasulullah disisku wahai Abu Bakar?”
Sahabat Bilal bukanya tidak mau adzan lagi, tetapi dirinya tak kuasa ketika mengingat kenangan Bersama Rasulullah. Siapakah orangnya yang tidak merindukan Rasulullah SAW. Apalagi seseorang yang sangat dekat dengan Rasul. Bilal menangis dan tidak kuasa lagi membendung cucuran air matanya.
Kemudian Khalifah Abu Bakar juga turut menangis dan memberikan izin kepada bilal untuk tidaklagi melantunkan adzan “Kalau seperti itu alasanmu, wahai bilal kamu boleh pergi”.
Sahabat bilal lantas berangkat pergi menuju kota suriah sebab sudah tidak kuasa lagi tinggal di kota Madinah.
Sahabat bilal lantas tinggal suriah. Disuatu malam Sahabat bilal tertidur, dalam lelapan tidurnya ia bermimpi berjumpa dengan nabi Muhammad SAW. Dalam mimpi itu, sang Rasul berkata kepada sahabat bilal
“Betapa keringnya hatimu hai bilal, betapa gersangnya hatimu hai bilal.
Sudah begitu lama kamu tidak menziarahiku, sudah begitu lama dirimu tidak bertemu aku. Apakah kamu sudah tidak lagi rindu terhadapku wahai bilal..?”
Kehadiran Rasulullah dalam mimpi bilal sungguh menyedihkan. Sahabat bilal lantas terbangun dari tidurnya. Airmata sahabat bilal lalu berlinang, dan menagislah ia sejadi-jadinya.
Waktu itu, kekhalifahan islam telah berpindah dan dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khatab. Saudara-saudara bilal lantas menyuruh bilal untuk bersegera berziarah kemakam Nabi Muhammad SAW. Kemudian berangkatlah sahabat bilal menuju masjid Nabawi dimadinah. Ia pergi degan mengendarai seekor unta.
Dalam perjalalan itu air mata bilal terus bercucuran karena begitu rindunya beliau kepada Nabi Muhammad SAW. Sahabat bilal terus berjalan menembus hawa panas dan dingin baik disiang dan malam hari. Rasa rindunya kepada nabi benar-benar menghapus rasa lelahnya perjalanan itu.
Sesampainya dimakam Nabi Muhammad SAW. Sahabat bilal lantas berziarah kemakam nabi, beliau bersimpuh dengan air mata yang terus berlinang. Setelah berziarah, sahabat bilal lantas bertemu dengan cucu-cucu Rasulullah yaitu Sayyidina Hasan dan Husein.
Kemudian Para cucu Rasulullah itu lantas meminta agar sahabat bilal mau mengumandangkan Azan lagi sebagaimana tatkala Rasulullah masih hidup. Kemudian Sahabat bilal menyetujui dan bersedia diri untuk menjadi muadzin lagi. Sahabat bilal kemudian naik keatas mimbar dan kemudian mengumandangkan adzan.
Ketika terdengar kumandang adzan bilal, penduduk Madinah benar-benar heboh, kaget dan terheran-heran, banyak yang datang berbondong-bondong menuju masjid sembari berkata
“ Apakah Rasulullah telah hidup kembali?” Apakah Rasulullah telah dibangkitkan kembali..?”.
Kehadiran bilal mengumandangkan adzan lagi seakan-akan mengingatkan waktu dimasa hidupnya Rasulullah SAW.
Momen-momen seperti ini benar-benar sungguh merindukan apalagi saat mendengar suara adzan bilal yang sangat merdu. Azan bilal benar-benar membuat merinding, tidak terasa juga membuat air mata bercucuran karena teringat Rasulullah SAW, bahkan Khalifah Umar bin khatab sampai menangis dengan sangat keras.
Namun disaat sahabat bilal adzan dan sampai di lafal “Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah” blak, tiba-tiba bilal pingsan tak sadarkan diri. Ternyata sahabat bilal benar-benar tidak kuasa lagi untuk mengucapkan lafal Muhammad dalam adzan itu.
setelah Sahabat bilal sadar dari pingsanya, beliau lantas berkata “Teruskanlah adzannya, diriku sudah tidak kuasa lagi. Teruskanlah adzan diriku tidak tahan lagi, diriku sudah tidak bisa”.
Dan adzan inilah menjadi adzan terakhir dari muadzin Rasulullah yaitu sahabat Bilal bin Rabah hingga beliau meninggal dunia. Semoga kisah ini bermanfaat, Wallahu A’lamu bishowab.
Jamaah UAH/Masleha Ummu Humairah