Setiap Cobaan Datang Sebuah Proses Pendewasaan Diri |

Kontroversi Kunjungan Lima Nadliyin Ke Israel

Kontroversi Kunjungan Lima Nadliyin Ke Israel

Oleh: Mubasyier Fatah

 

UNGGAHAN  Zainul Maarif, aktivis NU sekaligus dosen di sebuah universitas milik NU di akun Instagram pribadinya yang memperlihatkan dirinya dan beberapa orang rekan Nahdliyin berpose dengan Presiden Israil Isaac Herzog di kediamannya di Yerusalem menjadi  trending topic di media sosial akhir pekan lalu.

Bukan hanya itu, unggahan tersebut juga memicu kemarahan  Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Pada Minggu (14/7), Ketua PBNU Savic Ali misalnya secara terbuka mengatakan bahwa ia menyesalkan lima Nahdliyin bertemu Presiden Israel Isaac Herzog.

Savic Ali bahkan mengklarifikasi bahwa kunjungan lima Nahdliyin itu bukan atas nama NU, tetapi  atas nama pribadi dan tidak tahu tujuannya apa dan siapa yang mensponsorinya.

Savic Ali menilai kunjungan lima Nahdliyin karena tidak memahami geopolitik serta tak mengerti kebijakan NU secara organisasi dan perasaan seluruh warga NU.

Menurut dia, meski kunjungan atas nama pribadi, kelimanya dikenal sebagai aktivis NU. Oleh karena itu apa yang mereka lakukan membawa dampak buruk bagi citra NU.

Sebab, sebagaimana  sikap umat Muslim di Timur Tengah dan di berbagai negara di dunia, PBNU dan Nahdliyin berdiri tegak di pihak Palestina dan mengutuk agresi militer Israel terhadap Palestina.

Apalagi, sampai saat ini Israel tak mengakui Palestina dan terus melakukan serangan dari darat dan udara, sehingga menimbulkan kehancuran dan menelan korban jiwa, termasuk warga sipil, dalam jumlah sangat besar.

Pada April ini,  Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengungkapkan sedikitnya 12.300 anak muda tewas di daerah kantong konflik Palestina dalam empat bulan terakhir, dibandingkan dengan 12.193 orang tewas secara global antara tahun 2019 dan 2022.

 

Sentimen yang Mendalam

Memang, tak dapat disangkali, bahwa bagi warga Palestina, dunia Arab serta warga dunia, yang mendukung kemerdekaan Palestina perang tidak dimulai pada pagi hari tanggal 7 Oktober 2023 dengan serangan mendadak Hamas terhadap Israel.

Sebaliknya, bagi mereka perang telah berlangsung sejak tahun 1948, ketika milisi Israel mengusir warga palestina dari rumah mereka, dan membunuh puluhan ribu orang dalam apa yang disebut Nakba atau malapetaka.

Perang ini berlanjut dengan masa kemunduran pada Perang Enam Hari tahun 1967, dimana Israel menduduki Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur, dan terus berlanjut melalui gelombang protes dan konflik pada masa selanjutnya.

Dukungan tersebut berakar pada dukungan akar rumput warga Palestina dan orang-orang kuat Arab yang menggunakan perjuangan tersebut sebagai titik kumpul populis.

Itulah luka terbuka, luka bernanah pada hati semua orang Palestina, orang Arab dan dunia yang berpihak pada  palestina  pada umumnya.

Jika kita kembali ke tahun 1950-an dan tahun 1960-an, masa kejayaan nasionalisme Arab, Palestina adalah tujuan utama Arab, sedemikian rupa sehingga banyak pemimpin Arab dapat memanfaatkan dan mengeksploitasinya untuk membantu mereka meraih kekuasaan atau mempertahankan kekuasaan atau meningkatkan popularitas mereka di dalam negeri.

Meski konflik Israel-Palestina adalah konflik politik atas tanah, dan tidak pernah menjadi perang agama, invasi Israel atas Palestina juga menyenggol komponen keagamaan, dan  kemanusiaan.

Itu sebabnya, ketika pasukan keamaan Israel memasuki tempat-tempat ibadah yang memiliki makna sejarah,  maka ada kelompok  yang  mereponsnya dengan  penuh emosional.

Dalam konteks tersebut, maka reaksi ‘kecewa’ PBNU atas pertemuan lima Nahdliyin dengan Presiden Israel merupakan suatu hal yang wajar.

 

Tak Perlu Dibesar-besarkan

Meskipun demikian, PBNU dan Nahdiyin hendaknya tidak perlu terus berkutat, apalagi membesar-besarkan isu tersebut. Mengapa?

Pertama, karena  peristiwa tersebut sesungguhnya  adalah masalah yang terjadi di kalangan internal NU yang dapat ditangani secara internal oleh PBNU, tanpa perlu melibatkan atensi publik.

Yang patut disayangkan adalah isu tersebut justru menjadi intensi publik  karena keteledoran Zainul Maarif,  mengunggahnya ke akun Instagram pribadinya.

Pada awalnya, unggahan tersebut mencuri perhatian pegiat media sosial karena kontennya ‘istimewa’. Publik Indonesia mana yang tidak tertarik ketika ada konten Istagram yang memuat foto bareng warga Indonesia dan orang nomor satu Israel.

Namun  unggahan tersebut justru menjadi semakin viral, bukan karena kontennya yang tidak biasa, tetapi karena  PBNU meresponnya dan menyampaikan kecaman secara terbuka atas pertemuan ‘tidak biasa’ itu.

Padahal, sesuai karakter media sosial, konten  semacam itu akan segera ditinggalkan dan kemudian ‘tenggelam’ dengan sendirinya.

Sankha Wanigasekara, pakar media sosial   Universitas Drexell dari Philadelphia, Pennsyilvania, Amerika Serikat,  menjelaskan,  berdasarkan sejumlah hasil penelitian ilmiah, momen emas sebuah konten menjadi viral di media sosial hanya beberapa jam saja.

Sesudah itu, konten tersebut akan berangsur meredup dan  hanya dibagikan oleh sebagian kecil pengguna media sosial, sampai akhir dilupakan sama sekali.

Kedua, apa yang dilakukan oleh kelima Nahdliyin dalam konteks saat ini boleh disebut sebagai langkah gegabah, dan tidak selaras dengan disposisi bathin warga Palestina, warga Arab dan umat Muslim, termasuk PBNU dan kaum Nahdiyin seluruhnya.

Namun, jika dilihat dari sudut pandang lain, pertemuan yang  konon terjadi secara tidak direncanakan itu, bisa menjadi blessing in disguise (berkah tersemunyi) dalam situasi ketegangan.

Betapa tidak, dalam situasi di mana tidak tersedia ruang dan waktu untuk bertemu dengan orang nomor satu Israel, kelima Nahdiyin itu justru mendapat kesempatan untuk bertemu dan berbicara dari muka ke muka.

Jika memang tidak memenuhi kriteria untuk dikategorikan sebagai sebuah lobi politik, pertemuan tak terduga  itu  bisa dapandang sebagai ‘Jalan Tuhan’ atau blessing in disguise agar kelima Nahdiyin itu dapat menyampaikan pesan damai secara langsung kepada pemimpin tertinggi Israel, Isaac Herzog.

Isaac Herzog sendiri adalah salah tokoh Israel yang paling  terlibat dalam sejarah konflik Israel dan Palestina, dari beberapa dekade siilam hingga sekarang ini. Ia adalah putra presiden keenam Israel, Chiam Herzog, dan cucu dari Kepala Rabbbi pertama Yitzchak Isaac HaLei Herzog.

Pada tahun tahun 2003, ia terpilih sebagai anggota parlemen Israel, Knesset, setelah menjabat sebagai sekretaris pemerintahan Perdana Menteri Ehud Barak.

Selama lima belas tahun di Knesset, ia memegang beberapa jabatan penting, baik di parlmen dan di kemeterian. Ia  pernah memegang beberapa jabatan menteri, di antaranya Menteri Perumahan, Menteri Pariwisata, Menteri Urusan Diaspora yang bertanggung jawab atas perang melawan antisemisemitsme.

Ia juga pernah menjadi anggota Kabinet Keamanan Israel, dan sebagai koordinator pemerintah untuk penyediaan bantuan kemanusia ke Gaza.

Pada tahun 2013, ia terpilih sebagai ketua Partai Buruh. Kemudian, pada April 2021 ia dilantik sebagai Presiden Israel kesebelas.

Ketika menyimak kehebohan berita mengenai apa yang dilakukan kelima Nadliyin tersebut, penulis teringat pada petuah Tiongkok kuno perihal Seni Berperang ala Sun Tzu.

Sun Tzun pernah berkata, “Memenangkan seratus kemenangan dalam seratus pertempuran bukanlah puncak keterampilan. Menaklukkan musuh tanpa berperang adalah puncak keterampilan.”

Jika dipandang dari sudut pandang memenangkan perang dengan cara damai, maka peristiwa pertemuan kelima Nadliyin dengan Presiden Israil adalah buah yang patut disyukuri.

Betapa tidak,  dalam situasi konflik sekarang, tidak mudah memang mendapat momen emas untuk berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dianggap paling bertanggung jawa atas agresi ke Palestina.

Jadi, kita, khusunya PBNU boleh saja merasa kecewa dan marah karena kelima Nadliyin dipandang lancang, telah melakukan pendekatan dengan Presiden Israel tanpa berkonsultasi lebih dahulu dengan PBNU dan pemerintah Republik Indonesia.

Namun, pada sisi lain,  PBNU dan kaum Nadliyin sepatutnya juga bersyukur, bahkan berbangga bahwa ada Nadliyin yang telah menjalani misi damai, tanpa biaya dari PBNU dan pemerintah Indonesia.

Sebab, cara terbaik untuk memenangkan ‘perseteruan’ dengan Israel bukanlah dengan melancarkan kecaman apalagi menggunakan kekuatan senjata, melainkan melalui pendekatan dan ketrampilan untuk meluluhkan hati para pemimpinnya, supaya segera berhenti melakukan serangan atau agresi militer ke Palestina***

Penulis adalah Koordinator Bidang Ekonomi Kreatif , Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) dan Bendahara Umum Pengurus Pusat Mahasiswa Ahluth Thoriqoh Al-Muktabarah An-Nahdhiyyah (PP MATAN)

Share Article:

Leave a Reply


Notice: Undefined property: stdClass::$data in /home/fakt6635/public_html/wp-content/plugins/royal-elementor-addons/modules/instagram-feed/widgets/wpr-instagram-feed.php on line 4894

Warning: Invalid argument supplied for foreach() in /home/fakt6635/public_html/wp-content/plugins/royal-elementor-addons/modules/instagram-feed/widgets/wpr-instagram-feed.php on line 5567

Berita Terbaru

  • All Post
  • Autotekno
  • Beauty
  • Berita
  • Dunia
  • Ekonomi & Bisnis
  • Foto
  • Gaya Hidup
  • ILD
  • Konsultasi
  • Lifestyle
  • Nasional
  • Olahraga
  • Opini
  • Photography
  • Redaksi
  • Sosok
  • Travel
  • Uncatagories
  • Warna
    •   Back
    • Politik
    • Hukum
    • Daerah
    • Pendidikan
    • Wawancara
    •   Back
    • Peluang Usaha
    • Entrepreneur
    •   Back
    • Fashion
    • Kesehatan
    • Travelling & Kuliner
    •   Back
    • Motivasi
    • Inspirasi
    • Training & Seminar
    • Info Warga
    • Komunitas
Kenapa Rokok Diharamkan?

1.  Karena Allah Ta’ala berfirman: {وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ} [الأعراف: 157] Artinya: “Menghalalkan…

FAKTAREVIEW

Mengulas Fakta Dibalik Berita

Join the family!

Sign up for a Newsletter.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Edit Template

faktareview

Mengulas Fakta Dibalik Berita

Semoga konten-konten faktareview.com yag hadirkan bisa dinikmati, bisa memenuhi kebutuhan informasi serta bisa ikut membangun kesadaran masyarakat  menuju masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.

Terimakasih Telah Berkunjung