بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Muslim tidak boleh mendzalimi siapapun dan apabila ia didzalimi, ia memaafkan.
Ia tidak melampaui batas dan apabila seorang melampaui batas kepadanya ia bersabar.
Ia selalu menahan amarahnya karena mengharap ridha Tuhannya dan membuat musuhnya semakin sakit.
Dan menahan amarah yaitu dengan cara tidak menampakkannya. Sebaliknya, kemarahan tersebut disembunyikan dalam dirinya. Dan yang lebih mulia lagi dari menahan amarah yaitu memaafkan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
.. وَا لْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَا لْعَا فِيْنَ عَنِ النَّا سِ ۗ وَا للّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
..wal-kaazhimiinal-ghoizho wal-‘aafiina ‘anin-naas, wallohu yuhibbul-muhsiniin
“..Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 134)
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, “Kunci akhlak yang baik yaitu
Engkau menyambung orang yang memutuskanmu dengan mengucapkan salam, memuliakan mereka, mendoakan mereka, meminta ampun untuk mereka dan memuji mereka, bahkan berziarah kepadanya dan memberi orang yang tidak memberimu sesuatu, mengajarkan mereka, memberikan manfaat, memberi mereka sebagian harta, memaafkan orang yang mendzalimimu baik itu dalam perkara darah, harta atau kehormatan.
Dan sebagian perkara ini wajib dan sebagian lagi dianjurkan.” (Majmu’ Fatawa)
Dan kunci akhlak yang baik yaitu seorang Muslim berusaha untuk mencapai derajat yang tinggi dan kedudukan yang mulia. Adapun mempergauli manusia dengan cara yang sama, maka ini bisa dilakukan oleh kebanyakan orang.
Akan tetapi yang lebih baik adalah yang lebih dari perkara tersebut dari menahan amarah, memaafkan dan selainnya yang disebutkan oleh Syaikhul Islam tadi dan ini tidak mungkin tercapai atau didapatkan kecuali orang yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan memiliki jiwa yang besar dan akhlak yang mulia.
Sajak Islam/Imam Suci Awan