Mahallul Qiyam Ungkapan Cinta Untuk Sang Rasul Mulia
Oleh: Sayyid Seif Alwi
Mahallul Qiyam adalah : *momentum ketika jamaah berdiri dalam pembacaan Maulid*. Di antaranya terdapat dalam pembacaan Kitab *Maulid Simthuddurar, Maulid al-Barzanji dan Maulid ad-Diba’i*. Kitab-kitab maulid ini berisi doa, shalawat, kisah kelahiran dan kehidupan Nabi Muhammad SAW, serta syair-syair ungkapan cinta untuk beliau.
Habib Muthohar menuturkan “Dikatakan oleh para ulama bahwa setiap Mahallul Qiyam dengan membaca Maulid apa pun pasti Nabi Muhammad hadir. Tapi manusia ada yang matanya masih terhijab tidak bisa melihat Nabi dan ada yang matanya sudah disingkap oleh Allah. Ia termasuk bisa melihat hal-hal yang ghaib, maka ia bisa melihat Nabi Muhammad hadir.”
Rasulullah menjawab dan menerima setiap shalawat dan salam yang dihaturkan untuk beliau. Dan Mahallul Qiyam adalah saat di mana seseorang bisa menyambut kehadiran beliau.
Mahallul Qiyam bukanlah hal yang haram dan menyimpang dari syariat. Bukan pula termasuk tindakan bid’ah dan berlebihan seperti yang seringkali dituduhkan.
Seorang ahli hadis, Maulana Syekh Muhammad Mahbub al-Haqqi al-Anshari menjawab tuduhan tersebut dalam kitabnya yang berjudul:
اَلْحُجَّةُ الْقاطِعَةُ عَلَى مُنْكَرَيِ الدُّعاءِ وَالْمَوْلِدِ وَالْفَاتِحَةِ وَشَيْئٍ مِنَ الصَّلَاةِ والسَّلَامِ
Beliau menuliskan:
“Wahai tuan yang pemikirannya kaku dan seorang pembenci, bagaimana mungkin engkau berkata demikian? Padahal Imam Abu Dawud dalam Kitabnya Sunan Abu Dawud meriwayatkan:
Dari Sahabat Abu Sa’id al-Khudri RA, beliau berkata:
“Saat orang-orang dari Bani Quraizhah menerima kedatangan seorang hakim, yaitu Sahabat Saad bin Mu’adz RA, yang diutus Rasulullah kepada mereka dengan mengendarai keledai putih, Rasulullah kemudian berseru kepada orang-orang tersebut:
قُومُوا إِلَى سَيِّدِكُمْ أَوْ إِلَى خَيْرِكُمْ
“Berdirilah untuk menyambut pemimpin kalian atau untuk orang yang paling baik di antara kalian.”
Lalu Sahabat Saad bin Mu’adz mendatangi dan duduk di sisi Rasulullah SAW.”
Redaksi serupa dalam riwayat yang lain, dari Sahabat Syu’bah RA, menceritakan bahwa suatu ketika datang orang yang salih ke Masjid Nabawi, lalu Rasulullah berkata kepada kaum Anshar:
قُومُوا إِلَى سَيِّدِكُمْ
“Berdirilah untuk menyambut pemimpin kalian.”
Para ulama, Imam Abu Dawud, Imam Bukhari dan Imam Muslim menjadikan hadis-hadis tersebut sebagai hujjah (dalil/argumentasi) diperbolehkannya berdiri untuk menghormati orang mulia dan orang shalih.
Bahkan ada riwayat bahwa Rasulullah juga menyambut kedatangan Sahabat Ikrimah bin Abu Jahal RA dengan berdiri.
Rasulullah saja memuliakan para sahabat dengan bangkit berdiri ketika menyambut kedatangan mereka, maka bagaimana mungkin manusia yang mengaku umat Rasulullah enggan berdiri ketika Rasulullah hadir?
Ada riwayat dari Sahabat Anas bin Malik RA yang mengatakan bahwa Rasulullah adalah orang yang paling disayang di antara para sahabat. Tapi, tidak ada sahabat berdiri untuk Rasulullah bila melihat beliau. Karena, mereka tahu bahwa beliau tidak menyukai yang demikian.
Riwayat ini dijawab oleh Maulana Syekh Muhammad Mahbub:
“Bagaimana mungkin kamu bisa memahaminya, sedangkan tidak ada kemakruhan bagi orang yang duduk kemudian berdiri terhadap orang mukmin untuk menyambutnya karena menghormatinya?
Berdirinya itu bukan hal yang makruh. Tapi, yang dimakruhkan adalah merasa bangga dan jadi sombong ketika ada orang lain berdiri untuk menyambutnya atau berharap orang lain berdiri untuk menyambutnya.”
Riwayat ini merupakan bentuk kekhawatiran Rasulullah, bahwasanya bangkit berdiri menyambut orang mulia itu dijadikan suatu beban syariat yang diwajibkan untuk umatnya. Namun, bukan berarti menjadikannya hal yang haram dan terlarang.
Berdiri saat Mahallul Qiyam merupakan ungkapan cinta dan penghormatan terhadap Rasulullah. Dan pada dasarnya memang tidak ada larangan berzikir dan berdoa sambil berdiri. Seperti halnya pada saat membaca Doa Qunut maupun Thawaf.
وَ اللّٰهُ اَعْلَم بِالصَّواب