Manajemen Takut
Oleh: Ust. Abu Mushlih Ari Wahyudi
Di antara kesempurnaan akidah Islam ialah ia memberikan tuntunan yang jelas dan gamblang bagi seorang muslim dalam mengelola hati dan perasaan. Para ulama kita menjelaskan bahwa barangsiapa yang beribadah kepada Allah dengan takut, harap, dan cinta, maka itulah orang bertauhid yang sejati. Tidak boleh meninggalkan salah satunya. Ketiga amalan hati ini harus ada.
Dalam mengelola rasa takut, maka perlu diketahui bahwa rasa takut kepada Allah itu ada yang terpuji dan ada yang tercela. Rasa takut yang terpuji apabila ia menghalangi dari melakukan keharaman atau ia meninggalkan kewajiban. Adapun rasa takut yang membuat putus asa dari rahmat Allah dan tidak mau bertaubat (karena sudah terlanjur hanyut dalam lautan dosa), maka ini adalah rasa takut yang tercela.
Para ulama menggambarkan rasa takut dan harapan itu laksana dua belah sayap seekor burung. Burung itu tidak bisa terbang apabila hanya memiliki satu sayap. Oleh sebab itu, kedua “sayap” ini, yaitu takut dan harap harus ada dalam diri seorang mukmin. Apabila rasa takut terlalu mendominasi sehingga mencabut harapan, maka timbullah rasa putus asa. Sebaliknya, apabila harapan terlalu mendominasi dan menghilangkan rasa takut, maka akan membuat orang merasa aman dari makar Allah. Kedua hal tadi, yaitu berputus asa dari rahmat Allah dan merasa aman dari makar Allah adalah termasuk dosa besar.
Allah berfirman,
وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلاَّ الضَّآلُّونَ
“Dan tidaklah berputus asa dari rahmat Rabbnya, kecuali orang-orang yang tersesat.” (QS. Al-Hijr : 56)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أكبر الكبائر الإشراك بالله، والأمن من مكر الله، والقنوط من رحمة الله، واليأس من روح الله
“Dosa besar yang paling besar di antaranya adalah berbuat syirik kepada Allah, merasa aman dari makar Allah, berputus asa dari rahmat Allah, dan habis harapan terhadap pertolongan Allah.” (HR. Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Rasa takut yang terpuji adalah yang menghalangi pemiliknya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Apabila melampaui batasan ini, maka dikhawatirkan ia akan terjatuh pada sikap putus asa.”
(Madarijus Salikin, 2/184)
Ibnu Tamiyah rahimahullah berkata,
الخوف المحمود ما حجزك عن محارم الله
“Rasa takut yang terpuji adalah yang menghalangimu dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah.” Sebagaimana dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin (2/184)
Allah memuji orang yang merasa takut kepada-Nya. Di antaranya Allah berfirman,
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
“Bagi orang yang takut terhadap kedudukan Rabbnya, maka dia akan mendapatkan dua buah surga.”
(QS. Ar-Rahman : 46)
Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas yang menafsirkan maksud dari ayat ini, “Orang itu merasa takut kemudian dia pun bertakwa. Orang yang benar-benar takut ialah yang melakukan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan maksiat kepada-Nya.”
Mujahid menafsirkan,
هو الرجل يهم بالذنب، فيذكر مقام ربه فينـزع
“Dia adalah seorang yang bertekad untuk melakukan suatu dosa, lalu dia pun ingat terhadap kedudukan Rabbnya, lantas dia pun meninggalkannya (tidak jadi melakukannya).” (Asar ini juga dinukil oleh Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya
Di antara kesempurnaan akidah Islam ialah ia memberikan tuntunan yang jelas dan gamblang bagi seorang muslim dalam mengelola hati dan perasaan. Para ulama kita menjelaskan bahwa barangsiapa yang beribadah kepada Allah dengan takut, harap, dan cinta, maka itulah orang bertauhid yang sejati. Tidak boleh meninggalkan salah satunya. Ketiga amalan hati ini harus ada.
Dalam mengelola rasa takut, maka perlu diketahui bahwa rasa takut kepada Allah itu ada yang terpuji dan ada yang tercela. Rasa takut yang terpuji apabila ia menghalangi dari melakukan keharaman atau ia meninggalkan kewajiban. Adapun rasa takut yang membuat putus asa dari rahmat Allah dan tidak mau bertaubat (karena sudah terlanjur hanyut dalam lautan dosa), maka ini adalah rasa takut yang tercela.
Para ulama menggambarkan rasa takut dan harapan itu laksana dua belah sayap seekor burung. Burung itu tidak bisa terbang apabila hanya memiliki satu sayap. Oleh sebab itu, kedua “sayap” ini, yaitu takut dan harap harus ada dalam diri seorang mukmin. Apabila rasa takut terlalu mendominasi sehingga mencabut harapan, maka timbullah rasa putus asa. Sebaliknya, apabila harapan terlalu mendominasi dan menghilangkan rasa takut, maka akan membuat orang merasa aman dari makar Allah. Kedua hal tadi, yaitu berputus asa dari rahmat Allah dan merasa aman dari makar Allah adalah termasuk dosa besar.
Allah berfirman,
وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلاَّ الضَّآلُّونَ
“Dan tidaklah berputus asa dari rahmat Rabbnya, kecuali orang-orang yang tersesat.”
(QS. Al-Hijr : 56)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أكبر الكبائر الإشراك بالله، والأمن من مكر الله، والقنوط من رحمة الله، واليأس من روح الله
“Dosa besar yang paling besar di antaranya adalah berbuat syirik kepada Allah, merasa aman dari makar Allah, berputus asa dari rahmat Allah, dan habis harapan terhadap pertolongan Allah.” (HR. Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Rasa takut yang terpuji adalah yang menghalangi pemiliknya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Apabila melampaui batasan ini, maka dikhawatirkan ia akan terjatuh pada sikap putus asa.” (Madarijus Salikin, 2/184)
Ibnu Tamiyah rahimahullah berkata,
الخوف المحمود ما حجزك عن محارم الله
“Rasa takut yang terpuji adalah yang menghalangimu dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah.” Sebagaimana dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin (2/184)
Allah memuji orang yang merasa takut kepada-Nya. Di antaranya Allah berfirman,
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
“Bagi orang yang takut terhadap kedudukan Rabbnya, maka dia akan mendapatkan dua buah surga.”
(QS. Ar-Rahman : 46)
Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas yang menafsirkan maksud dari ayat ini, “Orang itu merasa takut kemudian dia pun bertakwa. Orang yang benar-benar takut ialah yang melakukan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan maksiat kepada-Nya.”
Mujahid menafsirkan,
هو الرجل يهم بالذنب، فيذكر مقام ربه فينـزع
“Dia adalah seorang yang bertekad untuk melakukan suatu dosa, lalu dia pun ingat terhadap kedudukan Rabbnya, lantas dia pun meninggalkannya (tidak jadi melakukannya).” (Asar ini juga dinukil oleh Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya)
Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,
فالخوف إذا عظم واشتد أوجب على الخائف أداء فرائض الله، وترك محارم الله، والمسارعة إلى كل خير؛ فلهذا صار في المنزلة العالية في الجنة
“Rasa takut apabila besar dan kuat dalam hati, niscaya akan menjadikan orang yang takut itu untuk menunaikan kewajiban dari Allah dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan Allah serta bersegera dalam menuju segala kebaikan. Oleh sebab itu, dia akan mendapat kedudukan yang tinggi di dalam surga.”
(sumber : Fatawa Nur ‘ala Darb)
Sumber:muslim.or.id
Ust. Abu Mushlih Ari Wahyudi