Manusia Indonesia
Oleh : Frans ROI Lewar, ST – Pemerhati Kebudayaan dan Politik
Berbicara soal karakter atau ciri manusia Indonesia, maka semua kita yang punya ingatan kolektif tentu ingat akan almarhum Mochtar Lubis. Beliau adalah wartawan berkarakter yang pernah dimiliki Indonesia. Dia adalah satu pendiri kantor berita ANTARA pada jaman Jepang dan di awal kemerdekaan tahun 1949, mendirikan koran Indonesia Raya yang sangat disegani dengan basis jurnalistik investigasi. Akibat sikap kritisnya dia pernah dipenjarakan jaman Orde Lama selama 9 tahun. Pada awal Orde Baru dia dibebaskan, namun karena sikap kerasnya yg mengkritik pemerintah Orde Baru, khususnya pada peristiwa Malari tahun 1974, koran Indonesia Raya dibreidel dan beliau pun dijebloskan ke penjara. Mochtar Lubis adalah juga seorang sastrawan. Banyak karya sastra seperti cerpen dan novel telah ditulis oleh nya. Beliau juga mendirikan majalah sastra Horison. Karya sastra nya yang berkelas itu kemudian diberi penghargaan bergengsi Ramon Magsaysay, semacam hadial Nobel nya Asia.
Dalam pidato kebudayaan tgl 6 April 1977 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta yang kemudian dibukukan dengan judul yang sama dengan judul pidatonya: Manusia Indonesia, secara gamblang Mochtar Lubis menyebutkan ciri-ciri manusia Indonesia yakni :
- hipokrit atau munafik,
- enggan bertanggung jawab atas perbuatannya,
- berjiwa feodal,
- percaya takhayul,
- artistik,
- watak yang lemah.
Apa yg diurai oleh Mochtar Lubis itu ternyata masih relevan sampai hari ini.
Harapan perubahan itu ada saat Orde Reformasi yg muncul sebagai antitesa rezim Orde Baru yang runtuh akibat KKN. Pada awal Reformasi sudah mulai terlihat perubahan itu lewat perubahan sistem politik dan hukum oleh penyelenggara negara. Jokowi ketika jadi presiden tahun 2014 berjanji dan mencanangkan perubahan karakter manusia Indonesia lewat Revolusi Mental dalam Nawacita. Namun hingga mau berakhir periode kekuasaannya, tidak terlihat perubahan yang signifikan pada revolusi mental itu. Semua kita bisa lihat, malah lebih parah lagi aroma korupsi, kolusi dan nepotisme oleh penyelenggara pemerintahan.
Jokowi dengan kroni kekuasaannya malah sibuk mempertahankan kekuasaannya dengan cara-cara yang memanfaatkan ciri manusia Indonesia yg sudah disinyalir lama oleh Mochtar Lubis.
Kita sebagai bangsa akan sulit menuju negara maju dan sejahtera jika kita tidak merubah sikap atau karakter tersebut. Pemerintah kedepannya harus sangat serius untuk merubah hal ini namun pada saat yang bersamaan melihat realita yang ada timbul pertanyaan kapan perubahan ini bisa terjadi.
Kita masih berjalan di tempat. Ya, antara pesimis dan optimis.