Meja kerja dr. Soenardi rahimahulloh ini membuat saya termenung. Meja kerjanya sangat sederhana. Padahal umumnya meja kerja seorang dokter itu bagus dan mewah, minimal lebar. Dan biasanya di belakangnya ada lemari dengan aneka buku tebal dan foto keluarga.
Meja kerja ini bisa menggambarkan bahwa beliau adalah sosok yang sederhana. Tidak ambil pusing dengan kelaziman seorang dokter di Pulau Jawa. Jika beliau bertugas di pulau terpencil luar Jawa, mungkin masih bisa dimaklumi. Tapi beliau tinggal di Solo.
Dokter baik hati yang juga relawan kemanusiaan ini menggratiskan pasien yang datang berobat. Beliau juga sering mengadakan bakti sosial pengobatan gratis. Sungguh mulia jiwanya. Selalu berusaha meringankan beban penderitaan sesama dengan ilmu yang dimilikinya.
Meskipun beliau stroke dan berjalan tertatih menggunakan tongkat, tapi tak menghalangi jiwa sosialnya. Berusaha mengumpulkan pahala sebanyaknya untuk bekal di negri kebadian.
Sugeng tindak pak dokter. Kami yakin saat ini engkau sedang menuai imbalan atas semua kebaikan yang pernah panjenengan tanam. Kami yakin engkau sedang beristirahat dengan tenang di alam barzah.
Kami yakin segala urusan panjenengan di akhirat diberikan kemudahan karena selalu mempermudah urusan orang lain.
Panjenengan meninggal dalam kondisi terfitnah dan terzhalimi di alam dunia. Tapi segala urusan dunia panjenengan sudah berakhir. Tak bisa menuntut balas kepada mereka Si Durjana.
Biarlah kelak pengadilan Alloh yang memutuskan dengan sebaiknya. Panjenengan tak akan merugi sama samasekali di hadapanNya. Justru para durjana itu yang menyesal berkepanjangan.
Sumber: Widi Astuti