Membaca judul tulisan diatas, kedengarannya cukup menggelitik dan sedikit sinis, namun demikianlah kenyataannya. Di negeri yang kaya raya sumber alam ini, lebih dari separo rakyatnya hidup miskin dan penuh kekurangan. Nah apa yang salah?Kalau dilihat secara garis besar ada 3 faktor utama pemicu kemiskianan, yaitu:
1. Malas
2. Boros
3. Tidak pandai memutar uang
Sebagian besar orang Indonesia terkenal dengan sifat malasnya. Coba perhatikan, masysarakat yang tingal dilingkungan kumuh, miskin dan padat, coba amati apa yang mereka lakukan dalam kesehariannya? Fakta membuktikan sebagian besar kaum prianya lebih senang bersantai, gobrol, minum kopi atau sekedar main catur dalam mengisi waktu luangnya, begitupun dengan kaum ibunya, mereka lebih asik ngerumpi dan mencari kutu ketimbang belajar, membaca atau mengisi waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat.
Saking malasnya sebagian dari mereka sudah tidak peduli dengan lingungannya, mereka lebih suka berleha-leha daripada membersihkan lingkungan yang kotor, bau dan berserakan sampah dimana-mana. Kondisi minat baca bangsa Indonesia sangat memprihatinkan. Indonesia menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara di dunia, berada persis dibawah Thailand (59) dan diatas Bostwana (61). Hal ini menginditifikasikankan betapa malasnya bangsa ini belajar. Padahal untuk bisa bekerja atau berusaha, dibutuhkan pengetahuan atau skil khusus.
Nah bila malas belajar, artinya pengetahuan dan skil mereka tidak pernah bertambah dan berubah, akibatnya kehidupan merekapun tidak banyak berubah dan sulit untuk menjadi kaya. Perlu dicatat, pengetahuan adalah gerbang menuju kesuksesan dan kekayaan. Nah bila Anda malas belajar, menimba ilmu dan meningkatkan skil jangan harap bisa menjadi kaya dan sukses.
Boros adalah musus utama untuk menjadi kaya, fakta membuktikan sebagian besar orang Indonesia sangat boros, dan lapar mata. Mereka akan menghabiskan uang untuk membeli apa saja yang diinginkan, tapi bukan yang dibutuhkan, bahkan bila uang mereka sudah habis, mereka tidak segan-segan mengutang untuk membeli apa yang merka inginkan, atau mereka akan mengerididnya untuk memuaskan napsu belanja mereka. Terkadang utang kreditan sebelumnya belum lunas, mereka sudah mengambil kriditan baru lagi. Inilah yang disebut besar pasak daripada tiang. Kerjanya tutup lobang gali lobang, kapan kayanya bro ?. Mereka tidak pernah berfikir untuk menabung, yang penting gue puas dan happy.
Orang Indonesai adalah bangsa yang sangat konsumtif dan boros, apapun jenis produk yang dijual dinegeri ini akan terjual habis dan laris manis, selama masih ada uang mereka terus membelanjakannya. Coba perhatikan berbagai jenis produk seperti otomotif, elektronik seperti; komputer, Hp, produk kecantikan, makanan dari Eropa, China ludes terjual dinegeri ini.
Boleh dikatakan Indonesia merupakan surga bagi investor yang jeli melihat sifat konsuntif bangsa ini, semuanya bisa dijadikan uang. Saya sering melakukan survei ke mal-mal, terutama diakhir bulan. Coba lihat dengan seksama, betapa tumpah ruahnya manusia, bagaikan lautan manusia sibuk berbelanja memenuhi napsu belanja mereka. Celakanya hampir semua dari mereka adalah orang Indonesia (pribumi), sementara WNI keturnan China jarang sekali terlihat, justru mereka adalah pemilik toko atau yang berjualan.
Seperti kita ketahui, untuk mendapatkan uang mereka harus bekerja keras, bahkan sampai lembur-lembur, tapi setelah mendapatkannya dihamburkan begitu saja. Nah bagaimana bisa kaya, bila sifat boros ini terus dipelihara. Untuk bisa punya uang banyak, kita harus hidup hemat, membeli yang diperlukan, tapi bukan yang diinginkan atau tidak lapar mata. Bukankah pepatah mengatakan, “Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya”. Nah bagaimana Anda bisa jadi jaya, bila boros dan suka foya-foya dan menghambur-hambukan uang.
Sekelumit kisah nyata dan sederhana:
Saya punya putri, anak ke-3, Dinda Aura Anjani namanya, ah sebuah nama yang indah dan enak didengar, tinggi cantik dan memiliki prinsip. Saya mendidik anak-anak saya menjadi anak yang prihatin, mandiri dan bertanggung jawab. Ketika di SD, SMP, dan SMA Dinda biasa berjualan berbagai makanan, seperti pisang coklat, lumpia tahu, ekrim mambo, padahan saya mampu dan bekerja di perusahaan asing (PMA) dengan gaji yang layak. Ketika di SMA, dalam sehari Dinda bisa menjual pisang coklat sebanyak 300 buah dengan harga 2.000 rupiah/buah, eskrim mambo sebanyak 200-300 buah dengan harga 1.000 rupiah/buah, lumpia tahu 60 buah, seharga 2.000 rupiah/buah.
Dari setiap makanan yang terjual, Dinda mendapatkan komisi 500 rupiah. Anda bisa bayangkan berapa penghasilannya sehari ? Dinda punya penghasilan sekitar 175.000 – 200.000 rupiah perhari. Ini adalah penghasilan yang sangat besar untuk seorang pelajar, sehingga kami tidak lagi memberinya jajan, karena saya memberi pelajaran bisnis pada dia, untuk menjadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab. Dinda sangat hemat, sebagian besar uangnya disimpan, sehingga ia punya simpanan berjuta-juta rupiah.
Saat ini Dinda sudah bekerja, ia ingin mencari uang dulu baru kuliah. Dia sangat mandiri, ia mencari kerja tanpa bantuan orang tua, dia cari sendiri melaui internet. Dinda bekerja di perusaan (sebut saja PT. ABCD). Sejak bulan pertama bekerja, ia mengambil kredit motor Vario model terbaru, dengan jangka waktu cicilan selama 11 bulan, dengan cicilan perbulannya sekitar 2 juta rupiah. sekarang sisa cicilannya hanya tinggal 2 bulan lagi. Selain itu Dindapun ikut arisan 2 ½ juta rupiah per bulannya, dan telah menerima sebanyak 25 juta rupiah.
Anda bisa bayangkan, tidak sampai setahun Dinda sudah punya motor dan punya tabungan sebanyak 25 juta rupiah, ini sangat fantastis bagi seorang anak yang baru saja bekerja dan belum setahun. Untuk mengamankan uangnya ia belikan emas, karena bila uang di ATM gampang habis, karena mudah diambilnya. Sementara itu teman-teman sekerjanya dengan posisi yang sama, tidak memiliki apa-apa padahal gajinya sama.
Nah dimana letak kesalahannya? Perbedaanya sangat sederhana, Dinda adalah anak yang hemat dan sederhana, dia hanya membelanjakan uangnya untuk yang diperlukan saja dan tidak harus bermerek, dia punya prinsip lebih baik memiliki uang banyak daripada memiliki barang-barang yang tidak terlalu diperlukan, karena dengan memiliki uang kita bisa menggunakannya utuk bisnis atau keperluan mendadak, tanpa harus mengutang atau menggunakan kartu kridit. Sebuah pemikiran yang luar biasa bagi anak yang masih berumur 18 tahun.
Sementara teman-temannya menggunakan uang untuk membeli berbagai barang yang mahal dan menghabiskan uang utuk hal-hal yang tidak penting, sehingga mereka tidak memiliki apa-apa. Bisakah Anda mengikuti jejak Dinda yang masih sangat muda belia tersebut? Bila niatnya kuat pasti bisa.
Kebanyakan dari kita ketika punya uang, apakah hasil pensiun atau dari gusuran tanah harta orang tua, atau warisan. Biasanya banyak juga keinginannya. Ingin bisnis ini atau bisnis itu, beli ini beli itu. Biasalah hangat-hangat tai ayam, namun ketika bisnis bejalan, mulai bosan dan tidak konsisten dan akhirnya berantakan.
Sebagian dari orang Indonesia, adalah pekerja dan ibu rumah tangga biasa, sehingga tidak memberikan pelajaran bisnis kepada anak mereka pada saat masih kecil. Oleh karena itu, ketika mereka berbisnis insting bisnisnya lemah dan cenderung gagal dalam menjalankannya. Berbeda dengan WNI keturunan China, sejak dalam perut ibunya hingga mereka lahir, menjadi anak-anak, remaja hingga dewasa selalu diberi pelajaran bisnis dan mengenyam pendidikan yang layak, sehingga ketika mereka telah lulus sekolah atau sarjana, insting bisnisnya makin tajam dan terus melanjutkan usaha orang tuanya. Usaha mereka makin meningkat dan makin kaya. Nah mengapa mereka sukses dan menjadi kaya raya, karena mereka telah didik sejak kecil untuk menjalankan manajemen bisnis dan jenis usaha yang tepat. Sementara itu orang Indonesia mendidik anak mereka untuk menjadi pekerja baik PNS atau pegawai swasta. Sebuah prinsip berpikir yang berbeda dan tentu saja hasilnya tidak sama.
Jarang sekali seorang pegawai bisa kaya, karena gaji dan standar kenaikannya telah ditetapkan dan mengacu pada insflansi. Bila ingin kaya, biasanya mereka melakukan jalan pintas, alias korupsi. Sungguh sebuah pemikiran yang tidak pantas dan penuh resiko.
Nah intinya, bila Anda ingin kaya dan sukses harus bekerja keras, hidup hemat sehingga bisa memiliki dana cadangan, dan kemudian memutarnya melalui bisnsi yang tepat. Untuk amannya, sebaiknya dana cadangan tersebut disimpan dalam bentuk emas, karena harga emas cenderung stabil dan tidak terpengaruh inflansi. Demikian, semoga tulisan singkat ini bermanfaat.
Penulis,
Surya Gunawan
1 Comment
tidak relevan. Nama blog fakta review, namun isi artikel sangat argumentatif, minim data dan menggunakan banyak kata argumentatif, seperti kayaknya, sepertinya, kebanyakan, secara umum dll. Penulis kurang fokus terhadap masalah secara umum dan hanya berotasi pada “faktor susah kaya” yang tidak cukup luas dan tidak disertai fakta