Menjaga Kebiasaan Baik
Oleh : M Syaiful Ali Fatah
Ketua MPD PKS Kota Malang
Kita adalah kebiasaan kita. Kebiasaan yang kita peroleh dari proses pendidikan (belajar) disebut sebagai adab, adapun yang kita hasilkan dari proses ibadah yang benar akan melahirkan akhlak.
Kebiasaan yang konsisten kita kerjakan dalam jangka waktu yang lama akan menjadi karakter diri. Menguat dalam alam bawah sadar, menjadi reflek dan mudah kita mengerjakannya.
Menjaga konsistensi melakukan kebiasaan-kebiasaan baik itulah tantangannya. Itulah mengapa kata sabar, adalah salah satu kata sifat yang sering diulang dalam Al-Qur’an. Konsistensi sangat membutuhkan kesabaran.
Kadang karena kesibukan kerja, aktifitas rumah tangga dan mengurus anak, serta kegiatan organisasi, kita jadi teledor dan tidak disiplin menjaga kebiasaan baik. Awalnya hanya sesekali, misalnya (sesekali) terlambat sholat berjamaah, tidak mencapai target tilawah, terlambat hadir dalam suatu acara, atau tidur setelah subuh. Kemudian berulang (sering) kita lakukan, menjadi kacau dan rusaklah kebiasaan baik kita.
Karena itu Rasulullah dan para sahabat begitu kuat menjaga kebiasaan-kebiasaan baiknya, berupaya untuk tetap istiqomah.
Ummu Salaman ra. berkata, “Pada suatu hari Rasulullah Saw. mengerjakan shalat zhuhur. Pada hari itu beliau mendapat harta. Setelah mengerjakan shalat zhuhur, beliau duduk membagikan harta itu sampai muazin datang mengumandangkan shalat ashar. Beliau kemudian shalat ashar, lalu kembali ke rumahku. Beliau lantas mengerjakan shalat dua rakaat. Kami bertanya, dua rakaat shalat apa ini wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “.. Itu adalah dua rakaat yang semestinya aku kerjakan setelah shalat zhuhur, tetapi aku disibukkan dengan pembagian harta sampai muazin datang mengumandangkan shalat ashar. Aku tidak ingin meninggalkan kedua rakaat itu”. (HR. Bukhari)
Istiqomah itu berat, kalau ringan namanya istirahat.
#Refleksi