FAKTAREVIEW – Kabar buruk datang dari Eropa. Kantor statistik Uni Eropa (UE), Eurostat, menyebut zona Euro resmi memasuki resesi teknis pada kuartal I-2023 setelah ekonomi terkontraksi 0,1% dalam dua kuartal berturut-turut.
Kondisi tersebut seakan membuat mimpi buruk Eropa makin nyata. Pasalnya, negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di wilayah tersebut, Jerman, telah terlebih dahulu terkonfirmasi berada di jurang resesi.
Eurostat pada Kamis (8/6/2023) memangkas estimasi sebelumnya dari pertumbuhan 0% pada kuartal terakhir 2022 dan pertumbuhan 0,1% pada kuartal pertama 2023 menjadi kontraksi 0,1% di kedua periode tersebut.
Dua kuartal berturut-turut dari produk domestik bruto (PDB) yang menyusut menjadi ambang resesi teknis bagi Eropa.
Adapun, kondisi tersebut menjadi gambaran sulitnya wilayah tersebut untuk bangkit dari pukulan inflasi yang ditandai oleh melonjaknya harga energi dan pangan yang dipicu perang Rusia di Ukraina.
Praktis, Bank Sentral Eropa telah (ECB) terpaksa merespons dengan menaikkan suku bunga utamanya sebesar 3,75 poin persentase sejak memulai kampanye pengetatan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Juli tahun lalu.
Angka-angka terbaru pun meragukan prediksi yang lebih optimistis untuk keseluruhan 2023.
Perkiraan Komisi Eropa pada pertengahan Mei bahwa pertumbuhan tahun ini hanya akan mencapai 1,1% di 20 negara yang berada dalam zona Euro.
Sementara itu, secara tahunan ekonomi zona Euro pada kuartal I-2023 tumbuh 1%, melambat dari kuartal sebelumnya sebesar 1,8% dan di bawah ekspektasi sebesar 1,2%.
Stagnasi di Eropa
Charlotte de Montpellier, ekonom ING Bank, memperkirakan angka pertumbuhan 2023 hanya akan mencapai 0,5%.
“Sejak musim semi, semua data buruk,” katanya kepada AFP, menunjuk secara khusus pada produksi industri Jerman. “Ekonomi Eropa berada dalam fase stagnasi dan mengalami kesulitan melewati musim dingin karena guncangan energi.”
Meskipun harga gas dan minyak telah turun dalam beberapa bulan terakhir, lonjakan harga tahun lalu berdampak besar pada kepercayaan rumah tangga dan memaksa penurunan konsumsi.
Capital Economics mengatakan dalam sebuah catatan yang menurutnya PDB kemungkinan akan berkontraksi lagi pada kuartal II-2023 akibat efek pengetatan kebijakan moneter yang terus berlanjut.
“Permintaan domestik sangat terpukul oleh kombinasi inflasi dan kenaikan suku bunga,” katanya.
Inflasi utama untuk 20 negara Uni Eropa yang menggunakan euro turun menjadi 6,1% pada Mei. Namun, inflasi tersebut tetap jauh di atas target 2% yang ditetapkan oleh ECB.
Kepala ECB Christine Lagarde mengatakan inflasi tetap terlalu tinggi bagi Eropa, mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga yang lebih kecil mungkin akan terjadi. Berita tentang resesi teknis juga dapat menekan bank sentral untuk menunda pengetatan aturan lebih lanjut.
(Luc)
Sumber: cnbcindonesia.com