Perlahan, tubuhku diturunkan ke dalam lubang yang sempit. Hanya selembar kain putih yang telah diikat yang menutupi seluruh badanku. Pakaianku yang mahal dan bagus tidak aku pakai dalam perjalanan paling jauhku kali ini.
Aku ditidurkan dengan berbantal tanah, tanpa selimut hangat dan lembut. Dengan cepat mereka menimbun badanku dengan tanah. Lalu semua orang meninggalkanku sendirian didalam sini, yang dipenuhi oleh kegelapan dan kecemasan. Masih terdengar jelas langkah kaki mereka menjauh dari tempat tidur terakhirku ini.
Kini aku sendirian, ditempat yang gelap, menunggu ujian dan pertanyaan-pertanyaan. Belahan jiwa pun pergi. Ayah, Ibu, kakak dan adik, yang ditubuhnya mengalir sedarah denganku pergi. Pasanganku yang sangat aku cintai pun juga pergi, apalagi teman dan sahabatku.
Tak seorangpun yg mau ikut denganku. Ternyata aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka. Menyesalpun tiada berguna. Tobat tak lagi diterima. Minta maaf tak lagi didengar. Kini aku sendirian mempertanggung jawabkan apa yang pernah aku lakukan.
Perlahan suara para malaikat yang menggelegar mulai terdengar. Derap langkah kakinya yang semakin mendekat membuatku bergetar ketakutan. Dapat kudengar mereka menyeret sebuah cambuk besi untuk menghukum semua dosa yang pernah aku lakukan.
Ya Allah… Jika boleh,..
TOLONG BERIKAN AKU SATU HARI LAGI, UNTUK MEMINTA MAAF KEPADA MEREKA SEMUA, YANG PERNAH MERASAKAN KEDZOLIMANKU…, yang aku sengaja ataupun yang tidak aku sengaja. Yang susah dan sedih karena ulahku. Yang aku sakiti hatinya. Yang telah aku bohongi. Yang telah aku lukai.
Ya Allah…
Tolong berikan aku satu hari saja untuk memberi seluruh baktiku kepada Ayah dan Ibuku yang aku sayangi.
Ya Allah…
Kumohon pinjamkan aku satu hari saja. Yang akan aku gunakan setiap detiknya untuk beribadah dan memuji segala keagunganMu. Yang setiap menit dan jamnya aku gunakan untuk memohon ampunanMu.
Aku menyesal…
Waktu-waktuku di dunia berlalu dengan sia-sia. Bahkan kitab sucimu yang berisikan lantunan kata-kata indah yang menyejukkan hati itu jarang sekali aku baca.
Tapi…
AKU TELAH DIMAKAMKAN HARI INI. Manalah mungkin ada kesempatan sehari lagi untukku memperbaiki semuanya.
Sakitnya sakaratul maut masih menancap pada setiap jengkal tubuhku yang kini kaku dan mulai membusuk. Sakit. Sakit sekali. Seratus tahunpun rasanya tak bisa menghilangkan rasa sakit ini.
Seandainya aku masih bisa bercerita. Tentu orang-orang yang mendengar ceritaku ini tidak akan bisa tidur dengan tenang. Pasti setiap hari tempat ibadah akan lebih ramai dibandingkan dengan tempat hiburan seperti Mall, tempat wisata atau tempat yang membuat manusia terlena akan dunia.
Andai saja mereka tahu beberapa saat dalam gelap, masih terdengar sayup-sayup suara sandal orang-orang yang meninggalkanku. Tanah kuburku masih gembur. Baru saja aku ditidurkan sendirian.
“Man Robbuka?!”
Akhirnya mereka datang. Andai mereka tahu bahwa tidak semua orang dapat menjawab pertanyaan yang sederhana itu. Dan sebagai gantinya, sebuah cambukan yang setara dengan sambaran petir akan mengenai tubuhmu. Tubuhmu akan hancur dan kau akan merasakan sakit yang teramat perih. Lalu tubuhmu akan kembali kebentuk semula lagi dan dicambuk lagi walaupun rasa sakit akibat cambukan sebelumnya masih sangat terasa dibadanmu.
Setiap harinya, mereka akan memperlihatkan surga dan neraka dihadapanmu. Yang membuatmu berharap bahwa hari kiamat tidak akan pernah terjadi.
Satu persatu binatang kecil mengerumuni tubuhku. Gigitan-gigitan kecil mereka sangat menyakitkan. Dagingku perlahan menghilang memamerkan deretan tulang yang selama ini menopang tubuhku. Wajahku yang selama ini aku rawat telah menjadi santapan mereka. Tanganku yang selama ini melakukan hal-hal yang keji kini tak bisa aku gerakkan lagi. Mataku yang selalu melihat hal-hal yang dilarang oleh Allah kini sudah tak berada pada tempatnya.
Kini aku hanyalah sebuah kerangka kering yang tertutup kain. Yang pasti entah sampai kapan, rangka ini suatu saat akan hancur dan berubah menjadi debu.
(Kopas dengan sedikit edit)
Kidul Pojok Etan Djogja,