Lampung, Faktareview- Pengembangan pasar tradisionl Bandarjaya Kabupaten Lampung Tengah, menjadi pasar tradisonal modern diharapkan kedepan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Lampung Tengah dan daerah sekitarnya.
Keinginan ini tidaklah terlalu berlebihan, karena posisi Pasar Bandarjaya sangatlah strategi berada ditepi jalan Lintas Sumatera. Selain itu akses ke daerah-daerah sekitarnya seperti Kota Bumi Kabupaten Lampung Utara, Menggala Kabupaten Tulang Bawang, Panaragan Kabupaten Tulang Bawang Barat masih relatif dekat dibanding harus ke Bandarlampung. Pasar yang terletah di lahan sekitar 1 Ha ini diharapkan dapat menjadi salah satu pusat gorsir di Lampung, sayang keinginan agar menjadi pasar yang maju masih jauh dari harapan warga Lampung Tengah, bahkan pengelola pasar mengaku masih terus merugi.
Bangunan pasar yang terdiri dari dua lantai dengan 1.742 toko dan los tak berfungsi semuanya, lantai dua bangunan masih kosong sejak awal di operasikan, sedang toko dan los yang ada di lantai dasar hanya terisi 40 persen saja. Banyaknya los yang kosong sedikit banyak karena dipengaruhi lesunya pertumbuhan ekonomi masyarakat saat ini, termasuk akibat dampak pandemi covid-19.
”Jumlah pedangan setiap waktu terjadi penurunan, hal ini tidak terlepas dari menurunnya daya beli masyarakat, terutama dimasa pandemi virus corona saat ini,” ungkap Hendri Sumarlin, Manager PT.Pandu Jaya Buana (PJB), pengelola Pasar Bandarjaya Plaza, ditemui Rabu (6/1).
Saat ini menurut Hendri, pihaknya masih selalu merugi, hal ini akibat tidak berimbangnya antara pendapatan perusahaan dalam mengelola pasar dengan beban yang menjadi tanggungan perusahan kepada Pemkab Lampung Tengah. ”Sejak tahun 2020 lalu secara hitung-hitungan kami selalu mengalami rugi. Setiap bulan kami harus nombok hingga 20 juta untuk membayar tanggungan kepada Pemerintah Lampung Tengah dan PBB maupun biaya operasional perusahan lainnya, sementara daya beli masyarakat dan jumlah pedagang terus menurun,”katanya.
Hendri mengungkapkan, beban yang menjadi tanggungan pengelola pasar Bandar Jaya Plaza (BJP) berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 125 juta perbulan, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Rp117 juta pertahun. ”Setahun kami harus mengeluarkan dana mencapai 1,8 miliar rupiah termasuk untuk PBB, selain untuk PAD setiap akhir tahun kami juga masih setor ke kas daerah sebesar 200 juta rupiah,”katanya.
Terkait dengan setoran Rp200 juta pertahun kepada Pemkab Lampung Tengah, Hendri mengaku tak tau, tapi itu mungkin ada dalam nomenklatur perjanjian kerjasama antara perusahan dengan Pemkab Lampung Tengah.”Menganai setoran akhir tahun ke kas daerah sebesar 200 juta rupiah saya tak tahu untuk apa. Untuk mempertanyakannya saya tak ada kewenangan. Kami setor ke Kas daerah melalui Bank Lampung,” tandasnya (pri – FR)