Pilkada Jakarta, juga Pilkada lainnya, menjadi bukti bahwa Pilkada itu pesta parpol. Bukan pesta rakyat. Yang riang gembira Parpol, bukan rakyat.
Lihat saja, di Pilkada Jakarta Parpol gembira ria mendaftarkan PORNO (Pramono-Rano) dan RAKUS (RK-Suswono). Sementara warga Jakarta, harus menahan sesak didada, karena Anies Baswedan yang mereka harapkan kembali memimpin Jakarta, ditolak Partai.
Bahkan, PDIP membuat teatrikal yang mempermalukan Anies Baswedan. Diundang di kantor PDIP, hanya untuk di prank disuruh pulang kembali, tak jadi dicalonkan. Lalu, PDIP mau ngeprank kedua dengan menawarkan Anies ke Pilkada Jabar, untung saja yang kedua ini Anies menolak.
Partai begitu sombong, jumawa, tak pernah mendengar rakyat. Mereka merasa, kekuasaan milik mereka. Semua mereka menentukan calon dalam Pilkada.
Lihatlah, PKS begitu jumawa meninggalkan Anies dengan dalih Anies tak bisa membawa 4 kursi tambahan untuk PKS agar Paslon AMAN bisa berlayar. Begitu ada putusan MK, yang memungkinan PKS kembali mengusung Anies, dengan jumawa PKS menyatakan sudah punya komitmen dengan KIM Plus di berbagai Pilkada termasuk di Jakarta. Seolah, komitmen dengan Anies dan warga Jakarta bisa dengan mudahnya ditinggalkan.
Parpol di KIM Plus juga sombong, mengambil RK orang Jabar untuk memimpin Jakarta. Padahal, RK nyinyir pada warga Jakarta. Warga Jakarta tidak didengar, KIM Plus tetap saja sombong dengan pilihannya. Parpol ini rakus, memborong semua koalisi di tubuhnya.
Karena Parpol sombong, arogan, tak mendengar aspirasi rakyat, merendahkan rakyat, ngeprank rakyat, menipu rakyat. Maka, saat pencoblosan nanti gantian rakyat membalas kesombongan Parpol.
Rakyat tak perlu datang ke TPS, biar saja calon yang diusung Parpol dipilih oleh parpol. Jangan minta rakyat memilih calon pilihan Parpol, setelah Parpol mengabaikan calon pilihan rakyat.
Tak datang ke TPS, adalah cara efektif menghukum parpol. Bukan datang ke TPS dan mencoblos semua calon. Itu sama saja tak punya harga diri.
Rakyat sudah ditendang Parpol, calon dari rakyat tidak dianggap oleh parpol. Lalu, apa alasan rakyat untuk datang ke TPS? Calon yang dikehendaki rakyat tidak ada di TPS. Lalu, rakyat cuma mau dijadikan kerbau? Dicucuk hidungnya, masuk TPS dan memilih calon yang disediakan Parpol? (Copas)