Dalam sejarah kaum Muslimin , hari itu , 10 Muharram , menjadi hari yang sangat penting dan agung . Karena pada tanggal itu Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib , cucu kesayangan Nabi , dan keluarga serta mereka yang ikut bersamanya terbunuh dan dibantai secara kejam di sebuah daerah bernama Karbala , Irak , tahun 680 M .
Masih teringatkah kita tentang Kisah lelaki yang terbunuh tragis pada 10 Muharram ?
Lelaki itu berusia sekitar 58 tahun . Pada hari kesepuluh bulan Muharram , di tahun 61 H , selepas menunaikan shalat subuh , dia bergegas keluar tenda dan menaiki kuda kesayangannya . Pria itu menatap pasukan yang tengah mengepungnya . Mulailah dia berpidato yang begitu indah dan menyentuh hati .
Lihat nasabku . Pandangilah siapa aku ini . Lantas lihatlah siapa diri kalian . Perhatikan apakah halal bagi kalian untuk membunuhku dan menciderai kehormatanku .
Bukankah aku ini putra dari anak perempuan Nabimu ? Bukankah aku ini anak dari washi dan keponakan Nabimu , yang pertama kali beriman kepada ajaran Nabimu ?
Bukankah Hamzah , pemuka para syuhada , adalah Pamanku ? Bukankah Ja’far, yang akan terbang dengan dua sayap di surga , itu Pamanku ?
Tidakkah kalian mendengar kalimat yang viral di antara kalian bahwa Rasulullah berkata tentang saudaraku dan aku : “keduanya adalah pemuka dari pemuda ahli surga” ?
Jika kalian percaya dengan apa yang aku sampaikan , dan sungguh itu benar karena aku tak pernah berdusta . Tapi jika kalian tidak mempercayaiku , maka tanyalah Jabir bin Abdullah al-Anshari , Abu Sa’id al-Khudri , Sahl bin Sa’d , Zaid bin Arqam dan Anas bin Malik , yang akan memberitahu kalian bahwa mereka pun mendengar apa yang Nabi sampaikan mengenai kedudukan saudaraku dan aku .
“Tidakkah ini cukup menghalangi kalian untuk menumpahkan darahku ?”
Kata-kata yang begitu eloknya itu direkam oleh Tarikh at-Thabari [5/425 ] dan Al-Bidayah wan Nihayah [ 8/193 ] .
Namun mereka yang telah terkunci hatinya tidak akan tersadar . Pasukan yang mengepung atas perintah Ubaidullah bin Ziyad itu memaksa pria yang bernama Husein bin Ali itu untuk mengakui kekuasaan Khalifah Yazid bin Mu’awiyah .
Tidakkah ini menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa pertarungan di masa Khilafah dulu itu sampai mengorbankan nyawa seorang Cucu Nabi Saw . Apa masih mau bilang khilafah itu satu-satunya solusi umat ?
Simak pula bagaimana Ibn Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah bercerita bagaimana Sayidina Husein terbunuh di Karbala pada 10 Muharram [ asyura ] .
Pasukan memukul kepala Husein dengan pedang hingga berdarah . Husein membalut luka di kepalanya dengan merobek kain jubahnya . Dan dengan cepat balutan kain terlihat penuh dengan darah Husein .
Ada yang kemudian melepaskan panah dan mengenai leher Husein . Namun beliau masih hidup sambil memegangi lehernya menuju ke arah sungai karena kehausan . Shamir bin Dzil Jawsan memerintahkan pasukannya menyerbu Husein . Mereka menyerang dari segala penjuru . Mereka tak memberinya kesempatan untuk minum .
Ibn Katsir menulis : “Yang membunuh Husein dengan tombak adalah Sinan bin Anas bin Amr Nakhai , dan kemudian dia menggorok leher Husein dan menyerahkan kepala Husein kepada Khawali bin Yazid” .
[ Al-Bidayah , 8/204 ] .
Anas melaporkan bahwa ketika kepala Husein yang dipenggal itu dibawa ke Ubaidullah bin Ziyad , yang kemudian memainkan ujung tongkatnya menyentuh mulut dan hidung Husein , Anas berkata : “Demi Allah ! sungguh aku pernah melihat Rasulullah mencium tempat engkau memainkan tongkatmu ke wajah Husein ini” .
Ibn Katsir mencatat 72 orang pengikut Husein yang terbunuh hari itu . Imam Suyuthi dalam Tarikh al-Khulafa mencatat 4 ribu pasukan yang mengepung Husein , dibawah kendali Umar bin Sa’d bin Abi Waqash .
Pada hari terbunuhnya Husein , Imam Suyuthi mengatakan dunia seakan berhenti selama tujuh hari . Mentari merapat laksana kain yang menguning . Terjadi gerhana matahari di hari itu . Langit terlihat memerah selama 6 bulan .
Imam Suyuthi juga mengutip dari Imam Tirmidzi yang meriwayatkan kisah dari Salma yang menemui Ummu Salamah , istri Nabi Muhammad , yang saat itu masih hidup [ Ummu Salamah wafat pada tahun 64 H , sementara Husein terbunuh tahun 61 H ] .
Salma bertanya : “Mengapa engkau menangis ?”
Ummu Salamah menjawab : “Semalam saya bermimpi melihat Rasulullah yang kepala dan jenggot beliau terlihat berdebu . Saya tanya ‘mengapa engkau wahai Rasul ?’
Rasulullah menjawab : “saya baru saja menyaksikan pembunuhan Husein” .
Begitulah dahsyatnya pertarungan kekuasaan di masa khilafah dulu . Mereka tidak segan membunuh cucu Nabi demi kursi khalifah . Apa mereka sangka Rasulullah tidak akan tahu peristiwa ini ?
Lantas apakah mereka yang telah membunuh Sayidina Husein kelak masih berharap mendapat syafaat datuknya Rasulullah di padang mahsyar ?
Dalam kisah yang memilukan ini sungguh ada pelajaran untuk kita semua ‘-‘ .
Al-Fatihah …
Sajak Islam/ Moch Anshary