Ketua KNKT Soerjanto Soerjanto dalam keterangan resminya, Selasa (12/1) mengatakan, pihaknya telah mengumpulkan data radar (ADS-B) dari AirNav Indonesia. Berdasarkan data tersebut, pesawat take off pada pukul 14.36 WIB, terbang menuju arah Barat Laut. Pada pukul 14.40 WIB pesawat mencapai ketinggian 10.900 feet. Selanjutnya, pesawat tercatat mulai turun dan dari data terakhir pesawat terekam hingga ketinggian 250 kaki.
“Terekamnya data sampai 250 feet mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Dari data ini kami menduga bahwa mesin masih dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air,” ujarnya.
Selain itu, menurut Soerjanto, pihaknya juga mendapat data dari KRI Rigel terkait sebaran wreckage yang besarannya, lebar 100 meter dan panjang 300 sampai 400 meter. “Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air,” katanya.
Dari temuan bagian pesawat yang telah dikumpulkan Basarnas salah satunya adalah bagian mesin, yaitu turbin disc dengan fan blade yang mengalami kerusakan.
Kerusakan pada fan blade menunjukan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan. Hal ini sejalan dengan dugaan sistem pesawat masih berfungsi sampai dengan pesawat pada ketinggian 250 kaki,” ungkapnya.
Catatan
Penjelasan Ketua KNKT Soeryanto ini sangat penting artinya, menghilangkan asumsi adanya ledakan saat pesawat masih di udara. Kemungkinan yang terjadi, menurut Pray, pesawat jatuh (stall) kemudian masuk spin (kehilangan daya angkat, jatuh menukik dan berputar tidak terkendali). Inilah pokok persoalan yang harus dicari jawabannya, hanya Black box yang dapat menjawabnya, semoga.
Kondisi stall sebelumnya juga pernah terjadi pada pesawat AirAsia QZ8501 yang menukik kemudian jatuh berputar di Selat Karimata. Pesawat A320 dengan nomor penerbangan QZ8501 rute Surabaya- Singapura hilang kontak setelah sekitar 50 menit lepas landas dari bandar udara Juanda Surabaya, Minggu (28/12/2014). Penyelidikan yang diungkap KNKT menyebut pesawat jatuh sambil berputar dari ketinggian 38.000 feet.
Rekomendasi KNKT Dalam Kasus QZ8501
Kurang dari satu tahun, tepatnya 11 bulan 27 hari, setelah melakukan investigasi secara menyeluruh dibantu oleh tim investigasi Australia (ATSB), Perancis (BEA), Singapura (AAIB), dan Malaysia (MOT), KNKT merilis laporan akhir (Final Report) dan menyimpulkan faktor yang menjadi penyebab jatuhnya QZ8501 pada 28 Desember 2014.
Faktor pertama adalah komponen yang cacat yang terdapat dalam modul elektronik RTL pesawat, yang menyebabkan pesan peringatan muncul berkali-kali di layar kokpit.
Faktor kedua adalah faktor perawatan pesawat dan analisa di maskapai Indonesia AirAsia yang dinilai belum optimal, sehingga masalah RTL tersebut tidak terselesaikan secara sempurna.
Indonesia AirAsia menurut KNKT belum memaksimalkan informasi yang didapat dari Post Flight Report (PFR), komputer yang mencatat semua gejala- gejala tidak normal sepanjang penerbangan. Data PRF biasanya di-print-out oleh komputer dalam pesawat setelah mendarat.
Investigasi KNKT seperti di atas lebih mengutamakan azas apa yang salah, bukan siapa yang salah, sehingga bisa diketahui penyebab kecelakaan utuh dan dikeluarkan rekomendasi- rekomendasi untuk mencegah hal yang sama terulang di kemudian hari.
Kesimpulan
Kita bersyukur bahwa black box (sementara baru “Flight Data Recorder”) Sriwijaya Air SJ182, sudah ditemukan Selasa (12/1) sore, sementara CVR (Cockpit Voice Recorder) menurut Panglima TNI masih terus dicari. Menurut Ketua KNKT Soeryanto saat konperensi pers, FDR akan segera diproses dan semoga dalam dua-lima hari dapat terbaca. Informasi dari FDR dan VCR dapat membuka penyebab kecelakaan.
Salut kepada Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang telah mengerahkan baik personil demikian banyak maupun peralatan tempur laut canggih untuk mendukung Basarnas. Juga bangga dan salut dengan para petugas, penyelam dari Kopaska, Denjaka, Taifib, Relawan yang siang malam terus berusaha mencari, mengumpulkan tubuh korban dan pecahan pesawat untuk investigasi serta mencari black box. Bukan tugas yang mudah menyelam di 25 bawah laut, karena Pray pernah ikut latihan menyelam di Kopaska. Dalam tiga hari FDR dapat ditemukan, ini sebuah prestasi tinggi dalam kecepatan pencarian, semoga VCR dapat segera ditemukan.
Quote Wawasan:
“Sebuah peristiwa kecelakaan pesawat tidak terjadi atas kontribusi satu faktor saja, melainkan terdiri atas beberapa faktor yang saling berkaitan.”
Sebagai penutup, mohon maaf apabila ada kekeliruan dalam mengungkapkan karena menulis bagi Pray adalah bagian dari ibadah. Salam sehat, selamat bertugas. Pray Old Soldier.
Penulis: Marsda (Purn) Prayitno Ramelan