Swiiss – Bendera merah putih berkibar di Solothurn, kota yang terletak di sebelah utara Swiss.Tidak disangka, tim bulutangkis yang berada di kota yang berpenduduk tidak terlalu banyak ini keluar sebagai juara nasional Liga A Swiss, sebuah liga bulutangkis tertinggi di negeri empat musim tersebut.
Adalah Titon Gustaman pemain bulutangkis jebolan PB Djarum yang berhasil membuat merah putih semarak di kota dengan luas kurang lebih 6,29 km2. Ia sukses membidani dan malah terjun langsung membawa timnya muncul sebagai yang terbaik. Padahal tim yang digawanginya bukan merupakan tim unggulan.
Ada kisah yang menarik dibalik maraknya bendera pusaka Indoensia disana. Selidik punya selidik ternyata bendera kota Solothurn persis sama dengan bendera Indonesia, merah putih. Dan pada pertandingan final di tahun 2011, para warga Indonesia yang ada di Solothurn diminta hadir oleh KBRI yang ada disana untuk memberikan dukungan sambil membawa bendera merah putih. Banyak yang tidak tahu jika bendera yang dibawa oleh warga Indonesia yang berada disana sebenarnya adalah memang bendera Indonesia. Hebatnya, dukungan warga Indonesia bisa membawa Solothun menjadi juara.
“Saat itu tim kita dari segi pemain tidak diunggulkan, tetapi kita bisa membuat sejarah untuk tim kota Solothurn. Bisa menjadi juara Nasional Liga A di babak final mengalahkan unggulan padahal timnya punya pemain asing yang banyak ,” ujarnya.
Perjalanan karir Titon memang berliku. Akhir tahun 1999 ia berhasil lolos menjadi bagian dari Klub Djarum.
“Waktu itu belum ada Audisi Djarum kaya sekarang,” kenangnya.
“Jadi waktu itu saya datang ke Djarum di Jakarta untuk ikut tes karena khusus double. Setelah itu baru dapat kabar kalo saya diterima di Djarum Jakarta. Saya memilih ke Djarum, karena Djarum salah satu klub yang disegani,” paparnya.
Namanya mulai mencuat pada tahun 2001. Ia beberapa kali menjadi juara pada Sirkuit Nasional (Sirnas). Tak salah jika namanya masuk menjadi bagian dalam tim Asia Junior Championships 2001. Dan menembus kawah candradimuka Pelatnas pada akhir 2001 Usai mundur dari Pelatnas, Titon sempat melatih di Djarum. Ia kemudian hijrah dan meniti karir sebagai pemain sekaligus pelatih di Swiss pada tahun 2008. Baginya, adaptasi dengan negara yang memiliki empat musim tidak terlalu bermasalah.
Termasuk juga dengan bahasa. Tiga bulan cukup baginya untuk mempelajari bahasa dan juga iklim disana. Titon yang sempat melatih tim junior nasional Swiss akhirnya pindah ke kota Zurich, Swiss, bersama dengan istri dan kedua anaknya. Selain bekerja pada perusahaan setempat, ia juga masih melatih di kota tersebut.
Sumber: pbdjarum.org